kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,49   5,85   0.63%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

The Fed Kian Agresif, Volatilitas Pasar Diprediksi Tetap Tinggi, Rupiah Bisa Tertekan


Senin, 27 Juni 2022 / 17:36 WIB
The Fed Kian Agresif, Volatilitas Pasar Diprediksi Tetap Tinggi, Rupiah Bisa Tertekan
ILUSTRASI. Pengetatan kebijakan The Fed membuat indeks dollar kembali menguat terhadap mata uang utama. Termasuk terhadap rupiah.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Gejolak pasar keuangan meningkat merespons kebijakan The The Federal Reserve yang semakin agresif. The Fed menaikkan Fed Funds Rate sebesar 75 bps pada FOMC meeting Juni 2022 sebagai respons peningkatan inflasi AS yang menuju level tertingginya sejak tahun 1981.

Sejak awal tahun 2022, Bank Sentral AS telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 150 bps.  

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pasar global saat ini menghadapi kekhawatiran yang datang dari meningkatnya inflasi AS sehingga membuat The Fed berpeluang menaikkan suku bunganya lebih agresif.

"Normalisasi kebijakan terus berlanjut. Dengan kecenderungan inflasi AS masih akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan, pasar memperkirakan The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif dalam beberapa bulan mendatang," ucap Reny dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (27/6).

Baca Juga: BI Optimistis Ketidakpastian Nilai Tukar Rupiah Berkurang pada Tahun 2023

Sebagai langkah pengetatan kondisi moneter lebih lanjut, The Fed juga mulai mengurangi neraca keuangannya.

Pada bulan Juni 2022, surat berharga US Treasury akan dikurangi senilai US$ 30 miliar dan sekuritas yang didukung hipotek senilai US$ 17,5 miliar setiap bulan, sebelum ditingkatkan masing-masing menjadi US$ 60 miliar dan US$ 35 miliar pada bulan September 2022.

Pengetatan kebijakan The Fed membuat indeks dollar kembali menguat terhadap mata uang utama. Indeks dollar AS mencapai level tertingginya dalam 20 tahun terakhir dengan menguat ke level 104,1 ( naik 8,5 bps) yang mengindikasikan penguatan US dollar terhadap mata uang utama dunia.

Reny mengatakan, penguatan greenback yang berlanjut akan berdampak pada pelemahan mata uang regional termasuk rupiah.

"Volatilitas pasar diprediksi akan meningkat dalam jangka pendek dipengaruhi oleh kebijakan normalisasi The Fed dan risiko stagflasi di sejumlah negara," ujar Reny.

Reny menambahkan fundamental ekonomi domestik yang masih solid diperkirakan masih mampu menjaga rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya di sepanjang tahun ini.

"Pemulihan ekonomi yang berlanjut, cadangan devisa yang memadai, kinerja ekspor yang membaik, dan aktivitas bisnis yang membaik merupakan katalis positif yang dapat menopang stabilitas rupiah," imbuh Reny.

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 14.797 per Dolar AS Pada Hari Ini (27/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×