kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tetap sulit tumbuh selama Covid-19 belum terkendali


Selasa, 04 Agustus 2020 / 07:00 WIB
Tetap sulit tumbuh selama Covid-19 belum terkendali


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perbaikan kinerja manufaktur pada awal kuartal ketiga tahun ini, belum akan mendongkrak sektor ini secara keseluruhan. Manufaktur ke depan, masih terganjal penanganan pandemi Covid-19.

IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Juli 2020 tercatat berada di posisi 46,9. Meskipun beum masuk level ekspansi, indeks manufaktur ini meningkat 7,8 poin dari indeks pada bulan Juni 2020 yang berada di level 39,1. 

Sebagai gambaran, data terbaru PMI ini masih menunjukkan kalau industri manufaktur Indonesia berada pada level kontraksi alias di bawah 50. Penyebabnya adalah produsen barang di Indonesia masih mengalami dampak buruk pandemi Covid-19 pada kegiatan ekonomi. 

Lesunya kegiatan konsumsi membuat perusahaan tetap enggan berinvestasi untuk kapasitas baru. Walhasil keadaan lapangan kerja semakin menurun dan aktivitas pembelian berkurang. 

Menurut data IHS Markit, penghambat headline PMI adalah penurunan lebih lanjut pada output Juli 2020, atau tingkat penurunan paling lambat selama lima bulan. Volume produksi yang lebih rendah, dikaitkan dengan dampak buruk pandemi Covid-19.

IHS Markit juga melihat, langkah-langkah bertahap untuk memulai kembali perekonomian Indonesia menyebabkan menurunnya permintaan secara keseluruhan.

Meski demikian, Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, data PMI terbaru ini menunjukkan bahwa penurunan di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama bulan Juli, sudah banyak berkurang. Hal ini menambah harapan bahwa dampak terburuk pandemi Covid-19, hanya akan dirasakan pada kuartal II tahun ini.

"Indeks output, permintaan, dan ketenagakerjaan semuanya meningkat dari posisi terendah yang terlihat pada kuartal kedua. Ini terbantu oleh relaksasi pembatasan mobilisasi," kata Aw dalam keterangannya, Senin (3/8). 

Namun, survei juga menunjukkan bahwa pemulihan ke depan masih akan menemui tantangan. Di antaranya, pengurangan lapangan kerja pabrik secara signifikan untuk mengendalikan biaya.

"Perlunya social distancing di tempat kerja dan perkumpulan publik, serta potensi lonjakan infeksi baru, juga dapat menunda produksi dan penjualan lebih lanjut," tambahnya.

Sulit selama ada Covid

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menilai, masih banyak pelaku usaha yang menanggung kerugian, meski lebih sedikit setelah kembali beraktivitas dibanding saat diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat.

Selain itu, kondisi pasar nasional maupun internasional yang saat ini masih lesu ditambah dengan tingkat pertumbuhan konsumsi masih sangat lambat. Hal ini yang mendasari pandangan Shinta bahwa kinerja sektor manufaktur masih akan berada pada kondisi yang sulit.

"PMI Manufaktur di kuartal ketiga akan lebih sulit menembus angka 50, walaupun tergantung demand juga," kata Shinta kepada KONTAN.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menilai, kinerja manufaktur pada Juli 2020 memang mengalami perbaikan namun tidak cukup mengangkat angka PMI melewati batas 50. Artinya, "Walaupun membaik tapi masih dalam kategori kontraksi," kata Piter saat dihubungi KONTAN, Senin (3/8). 

Piter melihat, kinerja manufaktur masih akan berada pada kategori kontraksi hingga kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Sebab, "Selama Covid-19 masih berlangsung, kegiatan ekonomi dan konsumsi masyarakat masih terbatas sehingga aktivitas dunia usaha juga masih akan dalam teritorial kontraksi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×