kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tercatat baru 5,05 juta yang menyelesaikan dua tahap vaksinasi, ini tantangannya


Kamis, 22 April 2021 / 14:36 WIB
Tercatat baru 5,05 juta yang menyelesaikan dua tahap vaksinasi, ini tantangannya
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo meninjau vaksinasi Covid-19 bagi pekerja seni budaya di Galeri Nasional, Senin (19/4).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi Covid-19 yang dimulai sejak Januari 2021 membawa dampak penting dalam penanganan kasus Covid-19 di Indonesia. Dengan target sasaran vaksinasi sebanyak 181.554.465 orang, pemerintah berupaya meningkatkan penyuntikan vaksin hingga mencapai target satu juta dalam sehari. 

Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), per 10 April 2021, sekitar 5.050.524 orang yang menyelesaikan dua tahap vaksinasi.

Maxi Rein Rondonuwu, Plt Dir Jend Kemenkes mengatakan kondisi geografis Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa dan beriklim tropis menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Hal ini terutama berkaitan dengan proses distribusi dan jaminan keamanan vaksin hingga ke penerima.

Baca Juga: Cakupan vaksinasi bagi lansia capai 11%, Jubir: Akhir Juni minimal 90% dosis satu

Sebab, dalam pendistribusian vaksin, dibutuhkan rangkaian distribusi suhu dingin (cold chain) di mana vaksin harus selalu berada dalam kondisi suhu dingin tertentu dalam wadah penyimpanannya untuk menjaga kualitas dan efektivitas vaksin.

Selama proses distribusi harus dipastikan kualitas vaksin Covid-19 terjaga dengan baik. Untuk itu harus dilakukan pemantauan vaksin sepanjang proses distribusi.

"Dari Biofarma ke Provinsi digunakan Bio Tracking dan Bio Detect yang dilengkapi freeze alert, alur perjalanan serta kualitas mutu vaksin selama perjalanan dengan memberikan peringatan dini ketika ada perubahan suhu yang signifikan dan dapat berdampak terhadap kualitas vaksin,” jelasnya dalam acara Diskusi Media 'Virtual Tantangan Distribusi Vaksin Covid-19 ke Pelosok Indonesia', Selasa (20/04).

Dia menambahkan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana distribusi vaksin adalah ketersediaan kendaraan, ketersediaan dan kapasitas sarana/alat pendingin sesuai karakteristik vaksin, jadwal distribusi, level stok maksimum dan minimum vaksin, dan juga waktu interval vaksin sesuai dengan jenis vaksin.

Kristoforus Hendra Djaya, Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), sependapat bahwa hal utama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan distribusi vaksin adalah bagaimana memastikan vaksin yang diterima masyarakat kualitasnya terjaga selama pengiriman agar vaksin tetap efektif.

“Harus ada sistem distribusi yang terencana dengan baik serta tentunya didukung oleh ketersediaan wadah penyimpanan vaksin selama distribusi cold chain yang dapat diandalkan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan,” katanya.

IDI, lanjutnya, mendukung penuh pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dan sampai saat ini terus memberikan edukasi mengenai manfaat vaksinasi Covid-19 dalam mendukung pemerintah mengurangi penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.

“Salah satu tantangan dan kendala yang kami temui selama ini diantaranya keengganan masyarakat untuk ikut program vaksinasi Covid-19 terkait dengan isu-isu yang beredar seperti vaksin kadaluarsa atau rusak saat diterima. Untuk itu kami dari Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 PB IDI terus-menerus memberikan edukasi mengenai manfaat dan keamanan vaksin Covid-19,” jelasnya.

Bettia M.Bermawi, Kepala Bidang Tata Laksana dan Compliance Sentra Vaksinasi Serviam, terkait distibusi vaksin, ia mengaku menghadapi sejumlah tantangan teknis yaitu menjaga vaksin tetap pada suhu yang optimal, stabil dan aman.

Saat ini, Sentra Vaksinasi Serviam menggunakan IVC Technoplast sebagai wadah penyimpan vaksin Covid-19, yang menurutnya bisa menjamin keamanan vaksin saat pendistribusian mengingat suhu yang stabil dan adanya alarm jika terjadi peningkatan suhu.

Menjawab tantangan itu, Direktur Utama PT Trisinar Indopratama (Technoplast), Ellies Kiswoto mengungkapkan Technoplast telah memproduksi Insulated Vaccine Carrier (IVC) berteknologi tinggi yang memenuhi kriteria sistem distribusi cold chain untuk vaksin Covid-19.

IVC Technoplast mampu memberikan kestabilan suhu ruangan antara 2 hingga 8 derajat Celcius dalam waktu 48 jam, meski suhu di luar ruangan mencapai 30 derajat celcius.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 dosis kedua sudah lebih dari 6,3 juta hingga Rabu (21/4)

Dia mengatakan, IVC Technoplast dilengkapi teknologi IOT yang bisa menjamin keamanan kualitas vaksin selama proses pendistribusian ke lokasi tujuan. IVC Technoplast juga telah dinyatakan lolos uji oleh balai sertifikasi SUCOFINDO.

“Teknologi IOT ini tidak sekadar mendeteksi suhu dan lokasi saja, tetapi juga memberikan informasi seperti tanggal pengiriman vaksin dari produsen, jumlah vaksin, real time lokasi, track record suhu, nama kurir, identifikasi pesawat, dan nomor plat mobil. Setiap vaksin box memiliki QR code tersendiri,” terangnya.

Dengan kepastian keamanan vaksin, diharapkan animo masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 terus meningkat dan dapat mempercepat pencapaian target vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×