kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan Covid-19, mobilitas perlu dikendalikan dan tes digencarkan lagi


Rabu, 21 April 2021 / 15:11 WIB
Tekan Covid-19, mobilitas perlu dikendalikan dan tes digencarkan lagi
ILUSTRASI. Penambahan jumlah kasus harian Covid-19 pun cenderung menanjak sejak awal April lalu.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Covid-19 di Indonesia belum juga mereda. Penambahan jumlah kasus harian Covid-19 pun cenderung menanjak sejak awal April lalu.

Pada Selasa (20/4) lalu misalnya, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat persentase kasus positif pada minggu ini mencapai 14,1% atau meningkat dari pekan sebelumnya yang berada di angka 14%.

Iqbal Elyazar, Kolaborator Saintis Laporcovid-19 mengamini pernyataan satgas menyoal kenaikan kasus positif Covid-19 tersebut. Dia berpendapat, perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini kondisinya sama saja dengan tahun lalu ketika Covid-19 baru merebak di tanah air.

Ia juga bilang, persentase orang yang diperiksa atau dites pun semakin menurun. Terutama pemeriksaan yang dilakukan di luar DKI Jakarta, yang tidak lagi intensif, sehingga daerah-daerah di wilayah timur Indonesia mulai melaporkan terjadinya kenaikan angka kasus Covid-19.

Baca Juga: Kemenkes: Sekitar 17 juta dosis vaksin Covid-19 sudah disuntikkan ke masyarakat

Selain itu, mobilitas masyarakat juga dinilai tidak terkendali dengan baik, alhasil banyak warga yang abai akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan. "Mobilitas yang tidak dikendalikan dan rendahnya ketaatan terhadap protokol kesehatan adalah resep bencana," kata Iqbal kepada Kontan.co.id, Rabu (21/4).

Dia melanjutkan, pemerintah cenderung lambat dalam merespons penanganan kasus Covid-19 secara global. Lantaran hingga saat ini belum ada kebijakan terkait pelarangan kedatangan penerbangan dari India dan Pakistan. Padahal kasus Covid-19 sedang melonjak tinggi di dua negara tersebut.

"Beberapa negara sudah menutup perbatasannya supaya varian dari sana tidak masuk," tambahnya.

Iqbal pun menyarankan agar pemerintah tidak meninabobokan masyarakat dengan pernyataan-pernyataan bahwa penanganan Covid-19 sudah terkendali. Padahal, kenyataannya, cakupan vaksinasi pun masih jauh dari target herd immunity.

Seharusnya, lanjut Iqbal, momentum Ramadan kali ini dijadikan kesempatan baik bagi Indonesia untuk memutus penyebaran Covid-19. Tak hanya pelarangan mudik, masyarakat juga sebaiknya dianjurkan untuk kembali melakukan aktivitas dari rumah, seperti bekerja, beribadah, dan juga belajar.

"Namun seperti tidak ada pesan yang kuat kali ini dari pemerintah selain larangan mudik. Penerapan dan sanksi tegas diperlukan. Misalnya, untuk orang mudik dan ternyata sakit, biaya kesehatan ditanggung sendiri," kata dia.

Dia meminta masyarakat untuk semakin meningkatkan kesadaran diri sendiri. Sebab, tidak ada jaminan 100%  bahwa orang yang sudah pernah terkena covid-19 tidak akan terpapar lagi. Begitu pula dengan jaminan bahwa orang yang telah divaksin akan 100% aman dari paparan virus.

"Intinya adalah virus ini bisa penetrasi lewat saluran pernafasan dan mata. Harus disiplin dan sadar kenapa harus disiplin," imbuhnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Jangan meremehkan, kasus Covid-19 di usia muda semakin banyak, jumlah kematian naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×