Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program kebijakan pengentasan kemiskinan pemerintah dinilai sudah berada di arah yang tepat. Sebab hingga Maret 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan mencapai 9,41%. Angka tersebut turun 0,41% dari Maret 2018.
Kendati demikian, ia mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan perubahan harga bahan pangan dan kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat sensitif bagi masyarakat menengah ke bawah.
Baca Juga: Untuk bisa tekan kemiskinan, program bantuan sosial saja tak cukup
Kepala Ekonom BCA David Sumual juga mengatakan, kegiatan penurunan kemiskinan juga diperlukan untuk menaikkan angka pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, bantuan dan program-program itu membuat masyarakat tetap bisa melakukan kegiatan konsumsi.
Menurut David, saat ini Indonesia bisa berharap besar pada sektor konsumsi. Karena bila dilihat dari kondisi global, ia nilai mustahil untuk Indonesia berharap di sektor investasi dan ekspor.
Baca Juga: Tekan angka kemiskinan, Kemensos targetkan 1 juta KPM PKH tergaduasi 2020
Selain itu, David juga meminta pemerintah memperhatikan perubahan harga. Karena bila pemerintah sudah memberi bantuan sosial, tetapi kenaikan harga masih dirasa memberatkan, pasti akan kesulitan juga untuk masyarakat menengah ke bawah.
Ia menyoroti masyarakat yang berada di sekitar garis kemiskinan. David menyebut mereka adalah kaum yang rentan terkena pengaruh perubahan harga yang signifikan.
Baca Juga: Tekan angka kemiskinan, pemerintah design perlindungan sosial komprehensif
Apalagi bila pendapatan mereka terpengaruh perubahan harga dan daya beli menjadi turun, bisa-bisa mereka bergeser ke bawah garis kemiskinan dan malah menaikkan angka kemiskinan.
Selain itu, masalah penambahan lapangan pekerjaan dinilai David sebagai hal yang susah. Apalagi saat ini kebanyakan perusahaan melakukan mekanisasi.
Baca Juga: Mensos optimistis dapat tekan angka kemiskinan di sekitar 9% tahun ini
"Mungkin kalau ingin memperlebar lapangan pekerjaan, bisa di sektor jasa. Karena kalau di perusahaan-perusahaan atau yang di luar jasa, sudah banyak tenaga kerja yang diganti dengan tenaga mesin," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News