kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Tarif Efektif PPh dan Kenaikan Harga Komoditas Picu Penurunan Keyakinan Konsumen


Senin, 10 Juni 2024 / 17:04 WIB
Tarif Efektif PPh dan Kenaikan Harga Komoditas Picu Penurunan Keyakinan Konsumen
ILUSTRASI. Warga memilih barang kebutuhan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta (10/9/2023). Tarif Efektif PPh dan Kenaikan Harga Komoditas Picu Penurunan Keyakinan Konsumen


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Keyakinan konsumen menurun pada Mei 2024, bila dibandingkan dengan April 2024. Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan, indeks keyakinan konsumen (IKK) Mei sebesar 125,2, lebih rendah dibandingkan 127,7 pada bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penurunan keyakinan konsumen dipengaruhi oleh berakhirnya dampak faktor musiman dari lebaran dan mudik yang menjadi pendorong peningkatan belanja konsumen pada bulan April 2024 karena adanya pemberian tunjangan hari raya (THR).

Menurutnya, dengan berakhirnya lebaran, dan di saat bersamaan, kondisi biaya hidup masyarakat cenderung meningkat terutama dipengaruhi oleh tarif efektif rata-rata pajak penghasilan (PPh), harga dari beberapa komoditas pangan yang masih tinggi, seperti bawang putih, telur ayam ras, dan cabai rawit merah.

Baca Juga: BI: Indeks Keyakinan Konsumen Turun pada Mei 2024

“Selain itu dipengaruhi juga adanya biaya pendidikan dan terakhir (rencana) potongan Tapera yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk menahan belanja terutama belanja barang tahan lama,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (10/6).

Karena konsumen cenderung menahan belanjanya, dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja penjualan dari sisi lapangan usaha. Oleh sebab itu, Josua menyarankan agar pemerintah fokus dalam upaya menjaga, agar biaya hidup masyarakat tidak meningkat signifikan.

Di samping itu, ia juga menyarankan agar pemerintah berhati-hati dalam melakukan penyesuaian harga-harga barang atau jasa yang diatur oleh pemerintah. Misalnya, terkait harga BBM, harga LPG 3kg dan tarif listrik.

Belum lagi terkait dengan rencana penyesuaian tarif cukai plastik dan cukai minuman berpemanis dalam kemasan yang juga diperkirakan akan menambah biaya hidup masyarakat.

Baca Juga: Target Penerimaan Pajak Cukup Berat, Ditjen Pajak Harus Kerja Keras

“Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengelola momentum agar daya beli masyarakat tidak makin turun dengan rencana atau wacana dari pemerintah terkait dengan harga barang atau jasa yang diatur pemerintah sekaligus mendorong stabilitas harga pangan yang juga bisa mempengaruhi daya beli masyarakat,” ungkapnya.

Selanjutnya, ia juga menyarankan agar pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Tenaga kerja yang besar, lanjutnya, dapat berpotensi mendorong peningkatan pendapatan riil masyarakat dan mendorong penurunan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.

“Dengan peningkatan pendapatan riil masyarakat tersebut, maka ke depannya diharapkan bahwa optimisme konsumen dan daya beli konsumen yang terindikasi dari IKK akan dapat meningkat yang pada akhirnya berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi yang solid.” kata Josua.

Baca Juga: Dunia Usaha Tertekan, Permohonan Diskon Pajak Bakal Melonjak?

Senada, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, juga menilai, menurunnya keyakinan konsumen pada Mei 2024 dipengaruhi dari berakhirnya momentum lebaran.

Akan tetapi, ia berharap pada semester II 2024 ini, pemerintah bisa mendorong realisasi belanjanya agar daya beli masyarakat kembali meningkat. caranya adalah dengan mempercepat berbagai proyek baik itu pembangunan dan agenda pemerintah yang sudah direncanakan dalam APBN.

Baca Juga: BI Proyeksikan Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tetap Kuat di Level 4,7% - 5,5% di 2024

“Pada kuartal II ini peran APBN adalah kunci, karena kita melihat ada pelemahan daya beli, baik tersier, sekunder, maupun primer. Di sisi lain, pendidikan ini tumbuh terus juga selain memang siklus pembayarannya,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×