kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Tarif 0% untuk AS, Siapa Kelompok Masyarakat Indonesia yang Paling Terdampak?


Sabtu, 19 Juli 2025 / 04:33 WIB
Tarif 0% untuk AS, Siapa Kelompok Masyarakat Indonesia yang Paling Terdampak?
ILUSTRASI. Adanya ketimpangan besaran tarif impor dari AS dan Indonesia menimbulkan pertanyaan, apa dampak bagi masyarakat Indonesia pada umumnya? KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat (AS) telah menetapkan tarif impor produk dari Indonesia sebesar 19%. Sementara itu, dalam kesepakatan tersebut, produk asal Amerika Serikat yang masuk ke Indonesia tidak dikenakan tarif impor sama sekali alias 0%. Hal ini disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump melalui pernyataannya pada Rabu (16/7/2025). 

"Mereka (Indonesia) akan membayar 19%, dan kami (AS) tidak akan membayar apa pun," ujar Trump, dikutip dari Reuters. 

"Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan," lanjutnya. 

Hal yang sama juga dikatakan oleh Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Ia menyampaikan bahwa Indonesia akan membayar tarif untuk produk-produknya yang masuk ke Amerika. 

"Tidak ada tarif di sana. Mereka membayar tarif di sini, mengubah asimetri ke arah kita. Mari kita bangkitkan kembali industri, dan itu akan membebaskan petani, peternak, nelayan, dan industri kita," kata Lutnick. 

Adanya ketimpangan besaran tarif impor dari Amerika Serikat dan Indonesia menimbulkan pertanyaan, apa dampak bagi masyarakat Indonesia pada umumnya? 

Baca Juga: Tak Pandang Bulu! Trump Ancam Kenakan Tarif 10%-15% untuk Lebih dari 150 Negara Kecil

Kegagalan dan kerugian besar bagi Indonesia 

Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa suatu keajaiban bagi AS bisa mendapatkan tarif 0% dari negara lain, yakni Indonesia. 

"Amerika bisa dapat 0% itu memang sebuah keajaiban. Karena tidak ada tuh negara lain yang sedang negosiasi lalu tarif dari Amerika di-nol persenkan," ujar Bhima ketika dihubungi oleh Kompas.com pada Kamis (17/7/2025). 

Bahkan negara Vietnam yang diketahui negosiasi dengan Amerika Serikat berhasil, hanya dapat menurunkan 46 persen menjadi 20%. 

"Itupun tidak ada klausul full akses kepada pasar sampai 0% semua produk dari Amerika. Jadi ini cuma di Indonesia," ungkap Bhima. 

Bhima mengatakan bahwa negosiasi yang dilakukan dengan AS terhadap tarif impor sebetulnya adalah kegagalan dan kerugian besar bagi Indonesia. 

"Itulah sebenarnya negosiasi ini sebuah kegagalan dan kerugian besar bagi indonesia. Jadi kenapa 0% ya mungkin indonesia sudah tidak punya daya tawar lagi," katanya. 

Selain itu, penyebab negosiasi yang menghasilkan tarif 0%  bagi Amerika mungkin disebabkan adanya ketakutan atau kekhawatirannya akan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. 

"Adanya ketakutan dan kekhawatiran PHK massal di sektor-sektor industri padat karya, seperti alas kaki dan pakaian jadi. Jadi semua kemauan Trump diturutin," tuturnya. 

Baca Juga: Ini Produk AS yang Bakal Lebih Murah Setelah RI Beri Tarif 0% ke Trump, Bukan iPhone

Peternakan dan perkebunan kena imbasnya 

Terkait dampak bagi masyarakat Indonesia, Bhima menjelaskan bahwa produk-produk utama Amerika Serikat yang diimpor ke Indonesia mencakup sektor energi dan pangan. 

“Sepuluh produk utama AS yang masuk ke Indonesia di antaranya suku cadang pesawat, BBM, LNG, LPG, kedelai, gandum, dan jagung. Produk-produk ini yang akan mengalami penurunan harga akibat kebijakan tarif 0 persen,” jelas Bhima. 

Bhima menekankan bahwa penurunan tarif ini tidak berdampak langsung pada barang-barang elektronik seperti iPhone, sebagaimana yang dibayangkan sebagian masyarakat. 

“Dampak dari tarif 0% itu bukan iPhone murah, karena iPhone sebagian besar dibuat di China. Bahkan banyak produk dari perusahaan AS yang beredar di Indonesia itu juga produksinya dari China,” ungkapnya. 

Karena itu, menurut Bhima, barang elektronik tidak mengalami perubahan harga, sebab tarif impor dari China tetap berlaku. 

Sebaliknya, dampak besar justru akan terasa pada sektor pertanian dan peternakan lokal. Salah satu contohnya adalah komoditas jagung. 

"Petani jagung lokal berpotensi gulung tikar karena harga jagung yang tidak mampu bersaing dengan tarif 0 persen atas produk impor Amerika Serikat," kata Bhima. 

Selain jagung, Bhima menyebutkan peternak susu dan produsen olahan seperti keju juga akan terkena dampak serius. 

Produk-produk peternakan bisa habis karena adanya kesepakatan tarif. 

"Bahkan sebelum ada kesepakatan ini, Indonesia sudah menempati posisi ketujuh sebagai tujuan ekspor produk pertanian dan peternakan dari AS,” ujarnya. 

Tonton: China Soroti Kesepakatan Tarif Dagang Indonesia AS

Ia menambahkan, hal itu dapat terjadi sebab sejak awal, Indonesia pun hanya menempati posisi 7 sebagai tujuan ekspor produk industri pertanian dan peternakan.  

Hal serupa juga terjadi pada kedelai, yang saat ini sudah 80% bergantung pada impor. 

“Kalau kedelai impor makin banyak masuk, konsumen dan pelaku industri makanan seperti pengusaha roti mungkin akan senang karena harga lebih murah. Tapi petani kedelai lokal akan menjerit. Kita juga jadi makin tergantung pada gandum dan kedelai impor,” tegas Bhima. 

Dengan demikian, adanya skema tarif 0% dapat memberikan tekanan terhadap petani dan peternak sebab produk-produk impor dari AS yang akan semakin membanjiri pasar dalam negeri.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Produk AS Masuk Tanpa Tarif, Masyarakat Indonesia Mana yang Paling Terdampak?"

Selanjutnya: Kode Redeem Wuthering Waves Juli 2025 Terbaru, Dapatkan Reward Astrite Gratis!

Menarik Dibaca: Yuk Cek Cepat Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo pada Sabtu 19 Juli 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×