Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Global Economict Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor minyak dan gas (migas) dalam RAPBN 2026 masih realistis tercapai, meski asumsi harga minyak atau Indonesian Crude Price (ICP) turun menjadi US$ 70 per barel dari US$ 82 di APBN 2025.
Pemerintah dalam RAPBN 2026 mematok target produksi minyak yang bisa dijual alias lifting minyak sebesar 610.000 barel per hari (bph), naik dari target APBN 2025 yang sebesar 605.000 bph.
Namun di sisi lain, harga patokan minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) ditetapkan sebesar US$ 70 per barel dalam RAPBN 2026, lebih rendah dibanding APBN 2025 yang sebesar US$ 82 per barel.
Baca Juga: Turun Tipis, Harga Minyak Mentah (ICP) Juli 2025 Jadi US$ 68,59 per Barel
Menurut Myrdal, meskipun ICP dalam RAPBN 2026 dipatok US$ 70 per barel, atau turun dari APBN 2025 yang sebesar US$ 82 per barel, tapi nilai kurs rupiah yang dipatok pemerintah dalam RAPBN 2025 cukup tinggi yakni Rp 16.500 per dolar AS.
Hal ini memperhitungkan bea masuk ataupun bea keluar menggunakan dolar AS yang di konversi ke rupiah.
"Sehingga itu yang bikin kenapa meskipun ICP-nya rendah, ada kemungkinan untuk penerimaan negara dari sisi migas itu masih optimis untuk tahun depan," ungkap Myrdal kepada Kontan, Senin (18/8).
Meski begitu, Myrdal melihat potensi penguatan rupiah masih tinggi ke level di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Hal ini disebabkan arus modal asing atau Foreign Direct Investment/Penanaman Modal Asing masuk ke pasar saham, pasar obligasi domestik hingga kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Program kemandirian energi pemerintah juga dinilai berpotensi mendorong peningkatan produksi migas nasional. Ia menyarankan agar pemerintah mempercepat transfer teknologi ekplorasi migas dari negara produsen utama dan memaksimalkan potensi eksplorasi laut lepas serta sumur-sumur baru yang lebih produktif.
Baca Juga: OPEC+ Naikkan Produksi Minyak 547.000 Barel per Hari, ICP Bisa Lebih Rendah
“Jika program kemandirian energi oleh pemerintah berjalan dengan baik, ada potensi produktivitas minyak dalam negeri lebih tinggi (dari RAPBN 2026), Pada akhirnya akan mendorong penerimaan negara dari migas ini bisa sesuai target,” ujarnya.
Lebih lanjut, Myrdal memproyeksikan bahwa harga minyak dunia pada 2026 bisa lebih tinggi dari asumsi pemerintah, yakni di kisaran US$ 72 – US$ 77 per barel, seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang membaik.
"Selain pemulihan ekonomi global, demand dari importir minyak utama dunia juga akan meningkat untuk kebutuhan produksi, seperti manufaktur ataupun juga transportasi, kita harap harga minyak bisa ada potensi meningkat tahun depan," ungkapnya.
Selanjutnya: Urutan Lengkap Zodiak Berdasarkan Siapa yang Paling Penyayang
Menarik Dibaca: 8 Daftar Rebusan Daun yang Efektif Menurunkan Kolesterol Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News