kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.409.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.435   -30,00   -0,19%
  • IDX 7.798   37,20   0,48%
  • KOMPAS100 1.185   9,64   0,82%
  • LQ45 958   6,85   0,72%
  • ISSI 226   2,67   1,19%
  • IDX30 488   3,53   0,73%
  • IDXHIDIV20 589   4,06   0,69%
  • IDX80 134   1,16   0,87%
  • IDXV30 140   2,67   1,94%
  • IDXQ30 163   1,24   0,77%

Target Penerimaan Bea Keluar Turun 71,4%, Ekonom Sebut Pemerintah Realistis


Kamis, 22 Agustus 2024 / 18:44 WIB
Target Penerimaan Bea Keluar Turun 71,4%, Ekonom Sebut Pemerintah Realistis
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Senin (5/8/2024). Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025, pemerintah menargetkan penerimaan bea keluar Rp 4,5 triliun.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah menargetkan penerimaan bea keluar sebesar Rp 4,5 triliun. 

Angka ini mengalami penurunan drastis sebesar 71,4% dibandingkan dengan outlook tahun 2024 yang mencapai Rp 15,6 triliun. Penurunan ini mencerminkan antisipasi terhadap penurunan harga komoditas, terutama minyak kelapa sawit (CPO) dan batubara.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai target ini sudah cukup realistis. 

Baca Juga: Penerimaan Bea Keluar Anjlok 71,4% dalam RAPBN 2025

"Penurunan penerimaan bea keluar ini merupakan langkah antisipasi terhadap pelemahan harga komoditas, khususnya CPO dan batubara, yang dipengaruhi oleh rendahnya permintaan dari China dan ancaman resesi di Amerika Serikat," jelasnya kepada Kontan, Kamis (22/8).

Bhima juga menambahkan bahwa peningkatan standar lingkungan yang diberlakukan oleh negara-negara maju turut memberikan dampak negatif terhadap kinerja komoditas. 

Selain itu, risiko geopolitik, seperti kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump pada pemilu mendatang yang bisa memicu gelombang perang dagang, juga menjadi faktor yang mempengaruhi ekspor Indonesia.

Untuk tahun 2025, Bhima memperkirakan harga CPO di pasar internasional akan bergerak di kisaran 2.300-3.400 ringgit per ton, sementara harga batubara diperkirakan berada di antara US$ 60 - US$ 90 per ton. 

Baca Juga: Pemerintah Diskusikan Pengenaan Bea Keluar Terbaru untuk Freeport Indonesia

Kondisi ini, menurutnya, berpotensi membuat target penerimaan bea keluar kembali direvisi dalam APBN Perubahan 2025.

"Situasi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian membuat harapan untuk kembali meraih bonanza komoditas menjadi sulit. Oleh karena itu, sumber penerimaan bea cukai perlu dialihkan ke sektor non-komoditas," tambah Bhima.

Data dari Buku II Nota Keuangan menunjukkan bahwa fluktuasi harga komoditas, terutama CPO, serta realisasi dan outlook bea keluar tahun sebelumnya menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan target penerimaan bea keluar di RAPBN 2025.

Selanjutnya: Simak UMKM Kuliner Pemenang Ajang Terbukti NYAM! 2024 di Tokopedia dan ShopTokopedia

Menarik Dibaca: Cara Mencadangkan Instagram biar Unggahan Foto dan Video Tidak Hilang saat Error

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024) Mudah Menagih Hutang

[X]
×