kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penerimaan Bea Keluar Anjlok 71,4% dalam RAPBN 2025


Kamis, 22 Agustus 2024 / 18:31 WIB
Penerimaan Bea Keluar Anjlok 71,4% dalam RAPBN 2025
ILUSTRASI. Pekerja memuat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk di salah satu kebun petani di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Jumat (17/02/2023). Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi produk crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah untuk penetapan bea keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Pungutan Ekspor) periode 16-28 Februari 2023 senilai USD880,03 per metrik ton, dimana jumlah tersebut naik sebesar 0,08 persen dari periode 1-15 Februari 2023 yaitu USD879,31 per metrik ton. ANTARA/Muhammad Izfaldi/foc.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, target penerimaan bea keluar anjlok hingga 71,4%.

Melansir data Buku II Nota Keuangan, target penerimaan bea keluar tahun 2025 sebesar Rp 4,5 triliun. Angka tersebut menyusut hingga 71,4% jika dibandingkan pada outlook tahun ini yaitu Rp 15,6 triliun. 

"Hal itu memperhatikan fluktuasi harga komoditas terutama CPO serta realisasi dan outlook bea keluar tahun sebelumnya," dikutip dari Buku II Nota Keuangan, Kamis (22/8).

Baca Juga: Faisal Basri: Korporasi Dapat Insentif, Rakyat Dibebani Kenaikan PPN

Harga komoditas utama dunia terutama yang dikenakan pungutan ekspor seperti produk kelapa sawit dan mineral, serta kebijakan pemerintah terkait ekspor komoditas terutama terkait hilirisasi SDA turut mempengaruhi penerimaan bea keluar dalam lima tahun terakhir

Jika dilihat lebih jauh, penerimaan bea keluar pada tahun 2020 tumbuh 21,3% seiring dengan kenaikan harga komoditas terutama produk kelapa sawit serta tembaga dan meningkatnya permintaan dari negara tujuan ekspor utama terutama pada triwulan IV tahun 2020. Peningkatan harga komoditas terutama Harga CPO berlanjut hingga tahun 2022. 

Sementara pada tahun 2023 moderasi harga komoditas utama dunia khususnya CPO serta menurunnya volume ekspor mineral dan penyesuaian tarif bea keluar produk mineral seiring dengan kemajuan hilirisasi SDA memberikan tekanan pada penerimaan bea keluar sehingga terkontraksi 65,9%. Sedangkan penerimaan bea keluar pada tahun 2024 diperkirakan akan tumbuh 15,0% yang dipengaruhi terutama kebijakan relaksasi ekspor tembaga.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×