Reporter: Patricius Dewo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target penanaman modal tahun ini sebesar Rp 765 triliun berpotensi gagal tercapai. Tekanan ekonomi akibat perang dagang dan pelemahan rupiah menyurutkan minat investor menanamkan modal di Indonesia.
Tahun politik menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 juga akan berimplikasi pada minat investor, sehingga target kenaikan penanaman modal alias investasi langsung sebesar 24,2% dari perolehan tahun lalu bisa meleset.
Investor memilih menunggu kondisi ekonomi stabil untuk menanamkan modalnya. Mereka menunggu hasil Pilpres tahun depan. Kondisi ini terpantau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), seiring berkurangnya permohonan izin investasi.
"Kondisi lagi agak berat. Di awali pada kuartal II dengan gejolak rupiah sekarang diamplifikasi lagi juga dengan trade war yang semakin mengalami eskalasi," jelas Kepala BKPM, Thomas Trikasih Lembong, disela-sela Investment Award 2018 di Gedung BKPM Jakarta, Kamis (12/7).
Namun, Tom masih merahasiakan detil penurunan minat investasi tersebut. BKPM akan mengumumkan realisasi investasi triwulan II-2018 dalam waktu dekat.
Tom bilang, sejauh ini memang belum terlihat investor yang membatalkan investasi. Hanya saja, investor memilih menunda investasi ke Indonesia. "Tahun politik memang selalu berpengaruh terhadap investasi. Namun, tahun ini investasi bakal slow down karena tekanan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dan kurs rupiah yang menurun," jelas Tom.
Perang dagang membuat aktivitas ekspor menjadi sulit. Padahal, investor asing yang menanam modal di Indonesia membidik pasar ekspor. Meskipun pemerintah sudah gencar memberikan insentif fiskal seperti pelonggaran tax holiday, hingga percepatan perizinan melalui one single submision (OSS), tapi belum akan berefek positif bagi investasi.
"Negara lain juga memberi insentif tax holiday. Harapan kami, ke depan agar tidak ada salah kebijakan yang membuat investasi menjadi lebih sulit. Jangan blunder dengan permen-permen (peraturan menteri) karena sentimen investasi sedang sensitif," jelas Tom Lembong.
Wait & see
Wakil Ketua Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pengusaha memang masih wait and see untuk menanamkan modalnya saat ini. "Ada banyak sekali kondisi di luar kemampuan kita yang tidak favorable seperti perang dagang dan kenaikan suku bunga The Fed (Federal Reserve). Jadi rasanya wajar kalau target investasi tidak tercapai," jelas Shinta.
Disisi lain, kebijakan pemerintah mendorong investasi juga baru saja dilakukan. Seperti peluncuran OSS yang baru terlaksana pekan lalu. Termasuk pelonggaran tax holiday pada bulan lalu.
Menurut Shinta, dalam kondisi penuh tekanan, pemerintah harus memetakan potensi industri yang pertumbuhannya masih cukup baik dan membuat terobososan. "Sebagai contoh pariwisata yang pertumbuhannya mencapai hampir 22%," ujar Shinta.
Pelemahan rupiah akan membuat turis asing diuntungkan oleh selisih nilai tukar. Inilah sektor yang bisa digenjot pemerintah baik dari sisi investasi maupun industri unggulan. Ada banyak sekali potensi investasi yang bisa digali. "Sulawesi Utara memiliki panorama alam yang bagus dan infrastruktur yang baik namun belum dimaksimalkan," papar Shinta. "
Ekonom Institute for Development Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menganalisa, kegagalan target investasi akan menekan pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, tahun ini investasi diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan saat konsumsi rumah tangga masih dalam pemulihan. "Ekonomi bisa tumbuh di bawah 5,1% tahun ini," jelas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News