Reporter: Benedictus Bina Naratama, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pariwisata menjadi tumpuan pemerintah untuk mengatasi defisit neraca jasa. Presiden Joko Widodo menargetkan 10 juta wisatawan asing tahun depan. Namun, target yang besar tak diimbangi dengan modal yang mumpuni.
Lihat saja, Kementerian Pariwisata hanya mengalokasikan anggaran promosi wisata sebesar Rp 400 miliar pada 2015. Nilai ini turun dari tahun 2013 sebesar Rp 607,70 miliar dan 2014: Rp 435 miliar. Bandingkan dengan kebijakan Pemerintah Malaysia yang gencar mempromosikan potensi wisatanya dengan bujet Rp 3,6 triliun per tahun.
Yang lebih miris lagi, anggaran itu bukan hanya belanja modal, tapi juga ada belanja pegawai. "Itu termasuk untuk gaji pegawai di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasaran sekitar 250 orang," kata Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuti, akhir pekan lalu.
Meski anggaran minim, Esty meyakini dana itu masih bisa mencukupi. "Saya kira sudah cukup memadai karena benchmark biaya promosi wisata untuk per kepala dari beberapa negara adalah sekitar US$ 4–US$ 15," ujarnya
Tahun depan, promo wisata terpusat di Bali, Jakarta, Batam, dan Yogyakarta. Agar lebih menarik wisatawan, keempat kota akan ditambahkan tagline: Great.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News