Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Siti Masitoh | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tindakan keras regulasi terhadap raksasa teknologi China - yang telah berlangsung dua tahun - tidak membantu.
Tencent dan Alibaba melaporkan penurunan pendapatan pertama mereka di kuartal terakhir. Laba Tencent turun 50%, sementara laba bersih Alibaba turun setengahnya.
Investor juga merasakan pergeseran di Beijing di mana beberapa perusahaan swasta paling sukses di China telah mendapat sorotan yang lebih besar ketika cengkeraman Xi pada kekuasaan tumbuh.
Lantas, apa dampak pelemahan ekonomi China terhadap ekonomi Indonesia?
Melansir Kontan.co.id, jika China mengalami resesi, maka perekonomian Indonesia juga akan turut terdampak. Salah satunya di sektor investasi. Apalagi investasi yang masuk ke Indonesia dari Negeri Tirai Bambu ini terus meningkat. Selain itu, dari sisi perdagangan seperti ekspor juga akan turut terdampak.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat China sebagai negara kedua yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Pada kuartal II 2022 tercatat investasi yang masuk senilai US$ 2,3 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menilai, masih terlalu dini untuk melihat dampak investasi China di Indonesia dengan kondisi China saat ini.
“Masih terlalu dini untuk dilihat (dampak jika China terjadi resesi) dan harus dilihat terutama di sektor pengolahan logam dasar,” tutur Indra kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).
Menurutnya, sepanjang Indonesia terus menggenjot upaya hilirisasi berbasis logam dasar maka investasi China justru akan terus menguat.
Baca Juga: Penjualan Mobil Tesla Produksi China Catatkan Rekor
Indra mencatat, sejak 2019 sampai semester I 2022 Foreign Direct Investment (FDI) dari China berjumlah US$ 16,2 miliar, terbesar kedua setelah Singapura.
Defisit neraca perdangangan RI dengan China mengecil dari US$ 18,4 miliar di 2018 menjadi US$ 2,4 miliar tahun 2021. Ia pun melihat trennya pada tahun ini masih positif.
Meski begitu, Indra tak menyangkal bahwa perlambatan ekonomi China sudah pasti berpengaruh terhadap perekonomian global. Pasalnya, ekonomi di negara ini adalah yang terbesar kedua di dunia dan merupakan mitra dagang penting bagi puluhan negara di dunia.
“Perlambatan tersebut utamanya berasal dari penanganan Covid-19 yang ketat dan permasalahan di bidang properti. Permintaan dari China akan melambat dan berpengaruh terhadap ekspor ke China dari negara-negara mitra dagangnya,” kata Indra.
Meski terlalu dini untuk melihat dampak perlemahan ekonomi China ke Investasi Indonesia, Indra mengatakan pihaknya akan terus waspada. Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indoensia di 2023 masih dalam batas aman yakni 5,3%.
Sementara dari sisi investasi, selain mencari pasar dan peluang baru, penting juga untuk mengawal dan melayani investasi baru dari negara lain yang akan masuk ke Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News