Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sikap resmi dan langkah lanjutan menghadapi kebijakan tarif timbal balik dari Amerika Serikat atau dikenal tarif Trump.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan respon atas kebijakan tarif Trump usai rapat virtual yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto yang diikuti oleh menteri terkait.
Diketahui, Indonesia menjadi salah satu dari 180 lebih negara yang terkena kebjikan tarif Trump pada Kamis (3/4/2025).
Produk asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat dikenai tarif sebesar 32 persen.
Merespon tarif timbal balik AS tersebut, sejumlah negara menyiapkan langkah balasan atau retaliasi seperti China, sebelum kebijakan tarif Trump itu berlaku mulai 9 April 2025.
Lantas, bagaimana dengan pemerintah Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif Trump tersebut?
Baca Juga: Pengusaha Batubara Waspadai Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Pasar Ekspor
Indonesia pilih jalur diplomasi
Alih-alih melakukan pembalasan, pemerintah Indonesia justru memilih jalur diplomasi dan negosiasi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan (win win solution).
Saat ini, pemerintah juga tengah menjalin komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR), Kamar Dagang AS, dan negara mitra lainnya.
“Kita dikenakan waktu yang sangat singkat, yaitu 9 April, diminta untuk merespons. Indonesia menyiapkan rencana aksi dengan memperhatikan beberapa hal, termasuk impor dan investasi dari Amerika Serikat,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, dikutip dari Kompas.com pada Senin (7/4/2025).
Menurutnya, pendekatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang kerja sama dagang kedua negara. Di samping itu, pemerinah juga ingin menjaga iklim investasi dan stabilitas ekonomi nasional.
Baca Juga: Hari Ini (8/4), Presiden Prabowo akan Umumkan Sikap RI Hadapi Kebijakan Tarif Trump
Kata pengamat soal Indonesia tak ambil langkah balasan
Menurut ekonom Undip Wahyu Widodo, Indonesia punya risiko besar jika mengambil langkah pembalasan atau retaliasi seperti yang dilakukan China.
Diketahui, China membalas dengan mengenakan tarif resiprokal sebesar 34 persen terhadap semua produk impor AS pada Jumat (4/4/2025) dan akan mulai berlaku pada 10 April 2025.
Menurut Wahyu, jika Indonesia melakukan langkah balasan hanya akan meningkatkan eskalasi perang dagang.
"Posisi kita tidak sekuat China, sehingga untuk melakukan retaliasi resikonya sangat besar," ujarnya saat dimintai tanggapan Kompas.com pada Senin (7/4/2025).
Ia berpendapat, langkah balasan dengan menaikkan tarif produk AS yang masuk ke Indonesia hanya akan merugikan dan memperburuk kerja sama dagang.
"Kita tahu bahwa partner dagang Indonesia nomor 1 selain China adalah Amerika," jelas Wahyu.
Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan, dampak utama yang dirasakan akibat kebijakan tarif Trump yaitu sektor industri yang produknya diekspor ke AS.
Dalam hal ini, pemerintah telah menegaskan bahwa sektor industri padat karya sangat berdampak atas kebijakan tarif Trump. Itu termasuk industri apparel dan alas kaki yang dinilai rentan terhadap fluktuasi pasar global.
Tonton: Bukan Membalas Tarif, Taiwan Siapkan Strategi Tundukkan Donald Trump Sebagai Kawan
"Produk kita menjadi lebih mahal dan kehilangan daya saing," ujarnya.
Menurutnya, jika Indonesia tidak bisa mencari pasar alternatif selain AS maka akan berdampak lebih lanjut pada potensi berhentinya produksi.
"Efek rambatannya jelas, pada meningkatnya pengangguran, melemahnya daya beli, dan akhirnya ke pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Indonesia Tak Balas Saja Tarif Trump seperti China?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News