Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pengamat Pajak optimis bahwa kinerja penerimaan pajak akan membaik dalam beberapa bukan ke depan, meskipun sempat mengalami kontraksi cukup dalam di awal tahun 2025.
Pengamat Pajak dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menilai bahwa faktor-faktor penyebab pelemahan penerimaan tidak akan berulang pada bulan-bulan selanjutnya.
Ia mengatakan, bahwa kontraksi penerimaan pajak di awal tahun disebabkan oleh kenaikan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh) Badan, penyesuaian mekanisme tarif efektif rata-rata (TER) PPh 21, pengelolaan likuiditas keuangan negara, serta kendala teknis pada sistem Coretax.
Baca Juga: Penerimaan Perpajakan Diproyeksi Naik per Akhir Juni 2025, Ditopang PPh Badan dan PPN
"Yang mana hal tersebut tidak akan terulang pada bulan-bulan selanjutnya," ujar Fajry kepada Kontan.co.id, Rabu (11/6).
Menurutnya, pola kinerja penerimaan tahun ini diperkirakan akan mirip dengan tahun lalu, di mana kontraksi signifikan di awal tahun berhasil berbalik arah menjadi pertumbuhan positif menjelang akhir tahun.
"Penyebab koreksi tahun lalu pun sama yakni adanya peningkatan restitusi yang tinggi di awal tahun," katanya.
Lebih lanjut, Fajry menegaskan bahwa dalam dua dekade terakhir, pertumbuhan penerimaan pajak hanya mencatatkan kontraksi tahunan jika terjadi guncangan ekonomi besar seperti krisis keuangan global 2008-2009 atau pandemi COVID-19 pada 2020.
Dengan demikian, ia menilai peluang pertumbuhan positif tahun ini tetap terbuka lebar.
"Dengan kontraksi yang masih dalam (10,8%) maka akan ada perbaikan kinerja penerimaan pajak dalam bulan-bulan selanjutnya. Termasuk pada bulan Mei dan Juni ke depan. Kemungkinan masih terkontraksi namun membaik," jelasnya.
Baca Juga: Badan Penerimaan Negara Kembali Mencuat
Ia memperkirakan realisasi penerimaan pajak pada semester I-2025 masih akan menunjukkan sebaran yang cukup luas, namun hingga akhir tahun dapat mencapai kisaran 90-95% dari target yang ditetapkan.
"Artinya keuangan negara masih aman, keuangan negara masih sehat," tegas Fajry.
Meski begitu, Fajry tetap mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap potensi dampak dari kebijakan tarif resiprokal yang diusung Pemerintahan Trump di Amerika Serikat.
Namun, ia menilai kekhawatiran pasar terhadap kebijakan ini mungkin terlalu berlebihan.
"Kita harapkan keuangan negara pada tahun ini tetap sehat," pungkasnya.
Senada, Direktur Eksekutif MUC Tax Research, Wayu Nuryanto, memperkirakan kinerja penerimaan pajak dalam beberapa bulan ke depan akan membaik seiring dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Hal ini didukung oleh beberapa kebijakan, seperti regulasi terkait Coretax dan administrasi perpajakan baik dalam PER-8/PJ/2025 maupun PER-11/PJ/2025 terkait dengan pelaporan perpajakan.
Baca Juga: Kemenkeu Optimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak Setelah Dividen BUMN ke Danantara
"Setidaknya, beberapa kebijakan tersebut akan memberikan kepastian yang lebih baik bagi wajib pajak," kata Wahyu.
Meski demikian, persoalan yang harus dihadapi pemerintah saat ini tantangan di sisi ekonomi. Terutama dinamika perang dagang dan pelemahan harga komoditas global yang berdampak pada kinerja korporasi di tanah air.
"Hal ini tentu akan berdampak pada jumlah setoran pajak mereka," imbuhnya.
Jika melihat data historis, dengan kontraksi penerimaan hingga April tahun inisebesar 10,8%, Wahyu menilai akan berat bagi pemerintah untuk mengembalikan tren ke level positif di akhir tahun.
Misalnya, pada bulan April 2024 penerimaan pajak mengalami kontraksi sebesar 9,29%% dan pada akhir tahun realisasinya hanya tumbuh tipis 3,50%.
Baca Juga: Penerimaan Pajak Karyawan Turun Hingga April 2025, Efek Banyak PHK?
"Jadi, saya kira pemerintah harus bekerja lebih keras untuk memastikan penerimaan negara tahun ini terjaga. Terutama, dalam memastikan perbaikan layanan yang berbasiskan coretax," pungkasnya.
Selanjutnya: Gelar RUPS, Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) Sepakat Tebar Dividen Final Rp 17 per Saham
Menarik Dibaca: UGM Gaet Industri untuk Hilirisasi Riset, Sasar Pasar Ekspor Herbal Kosmetika
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News