kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2014 disebut zona krisis narkoba


Selasa, 30 Desember 2014 / 12:26 WIB
Tahun 2014 disebut zona krisis narkoba
ILUSTRASI. Anda sebaiknya tidak makan di kamar tidur, ini alasannya kenapa dilarang


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Eko Daniyanto mengatakan pada tahun 2014, DKI Jakarta memasuki zona krisis narkoba. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah pengguna narkoba.

"Hasil penelitian lembaga survei ada 4 juta lebih pengguna dan pecandu. Ini masuk zona krisis," ujar Eko Daniyanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa (30/12). Eko mengatakan, ini juga dapat dilihat dari data akhir tahun yang dimiliki Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya.

Ditresnarkoba mencatat kasus narkoba yang terjadi selama tahun 2014 ada 4.986 kasus. Jumlah ini terbanyak bila dibandingkan dengan tindak pidana lain seperti pembunuhan, pencurian, maupun pemerkosaan.

Dari semua jenis narkoba, jenis sabu-sabu mengalami peningkatan paling signifikan. Peningkatannya hingga 146,25 persen dari tahun 2013. Eko menduga ini karena bahan pembuat sabu tergolong mudah didapat. Peredarannya pun juga sangat luas.

Menurut Eko, masih dibutuhkan kerja keras untuk mencapai target bebas narkoba di tahun 2015. Hal yang perlu diperhatikan adalah perkuatan pengawasan di beberapa titik. Eko mengatakan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki keuntungan sendiri dalam peredaran narkoba.

"Ada berapa ratus bandara, dermaga, teluk dan jalur tikus di Indonesia? Border darat di Kaltim, Kalbar, Papua, dan ada di NTT dan Timor Leste, itu masuk jaringan narkotika ke arah Timor. Itu artinya border pengamanan sangat lemah," ujar Eko.

Sehingga, kata Eko, perlu dilakukan perkuatan pengamanan di Aceh, Medan, Batam, Kalbar, dan Kaltim. Jika hal itu dilakukan, Eko yakin angka kasus narkoba akan berkurang. Tidak hanya berkurang di Jakarta, tetapi juga di seluruh Indonesia. (Jessi Carina)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×