Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan Pemilihan Umum 2024 mulai menjadi perhatian masyarakat.
Dari survei yang digelar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan masih ada sekitar 20,9% dari jumlah pemilih yang belum memutuskan atau menentukan pilihan mereka pada pemilu 2024 mendatang.
Namun jika dibandingkan dengan Maret 2020 ke Desember 2022, undediced cukup stabil dari 21,9% menjadi 20,9%.
Deni Rivani Direktur Riset SMRC menjelaskan, hasil survei ini berdasarkan survei rutin yang digelar SMRC pada 3-11 Desember.
Dari survei SMRC tergambar partai politik di parlemen seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) mengalami sedikit kenaikan keterpilihan alias elektabilitas.
Baca Juga: Survei SMRC: PDIP Naik, Nasdem, PPP dan PAN Terancam Tak Lolos ke Parlemen di 2024
Keunggulan PDIP ini saat responden menjawab pertanyaan, "Jika pemilihan anggota DPR dilakukan sekarang, partai apa yang akan dipilih?" Mayoritas responden yakni sebesar 24,1% menyatakan PDIP masih besar memiliki peluang sebagai pemenang.
Jika dibandingkan dengan Pemilu 2019 hanya PDIP yang naik, yakni hasil pemilu 2019 perolehan suara PDIP sebanyak 19,3%, dengan survei SMRC pada Desember 2022 diprediksi naik menjadi 24,1%
Sementara, semua partai parlemen dukungan publik lebih rendah dibandingkan dengan pemilu 2019. Partai yang menonjol dari hasil survei SMRC adalah Perindo mengalahkan beberapa partai Parlemen.
Sementara partai non parlemen mulai berebut pengaruh untuk mendapatkan porsi suara pada pemilihan umum parlemen pada 2024 mendatang.
Baca Juga: 4 Imbauan Presiden Kepada Bawaslu, Berani, Cepat Selesaikan dan Antisipasi Masalah
Salah satu partai non parlemen yang mengalami lonjakan elektabilitas secara signifikan menurut survei SMRC adalah adalah Partai Persatuan Indonesia alias Perindo.
"Partai non parlemen di luar Perindo belum kompetitif karena di bawah 1%," kata Deni.
Partai Perindo merupakan partai politik yang diinisiasi oleh taipan Hary Tanoesudibjo dan sudah menjadi peserta pemilu pada Pemilu 2019 namun tidak lolos parliamentary threshold alias ambang batas minimum keterpilihan kursi di parlemen.
Sebagai gambaran survei SMRC dilakukan menggunakan sample secara acak. Metodologi survei dengan populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random atau multistage random sampling sebanyak 1.220 responden.
Adapun tingkat responden yang dapat diwawancarai secara valid atau response rate sebesar 1.029 atau 84%. Lalu sebanyak 1029 responden survei SMRC ini yang akan dianalisis.
Adapun margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Waktu wawancara lapangan dalam survei SMRC dilakukan 3 - 11 Desember 2022.
Selanjutnya, quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
Hasil survei SMRC menunjukkan ada 20.9% responden belum menentukan pilihan, dan akan berkurang mendekati masa kampanye resmi tahun depan.
Secara umum hasil survei dengan jawaban semi terbuka kepada sebanyak 18 partai, jika pemilu diadakan sekarang PDIP mendapat dukungan terbesar 24,1%.
Peringkat kedua dalam hasil survei SMRC adalah Golkar 9,4%, ketiga Gerindra 8,9%, keempat Demokrat 8,9%, Kelima Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6,2%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,1%, Perindo 4,6%, Nasdem 3,2%, PPP 2,9% dan PAN 1,7%. Sementara partai-partai lain di bawah 1%, dan yang belum tahu 20,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
