Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira memprediksi, surplus neraca perdagangan tahun ini hanya berkisar US$ 31,6 miliar atau berada pada target batas bawah yang ditetapkan pemerintah.
Diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan surplus neraca perdagangan pada tahun ini mencapai USD 31,6-53,4 miliar pada tahun 2024.
"Batas bawah target surplus perdagangan masih lebih realistis untuk tercapai tahun ini," jelas Bhima pada Kontan.co.id, Kamis (22/2).
Alasannya, lantaran kinerja ekspor komoditas dan olahan primer baik minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara hingga olahan nikel tahun ini diperkirakan akan jauh lebih rendah dari tahun 2023.
Baca Juga: Meski CAD Melebar, Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV-2023 Justru Surplus
Koreksi harga tersebut terjadi karena rendahnya permintaan dari negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang mengalami perlambatan ekonomi. Sehingga bisa diprediksi kinerja ekspor tahun ini juga belum maksimal.
"Sementara impor untuk kebutuhan bahan baku industri tahun ini rebound disertai permintaan impor untuk konsumsi domestik yang meningkat," katanya.
Menyikapi hal ini, pemerintah perlu mendorong perluasan pasar ke negara alternatif, diversifikasi produk olahan hingga meningkatkan standarisasi produk sehingga layak masuk ke rantai pasok global.
Menurutnya, peran atas perdagangan dan kedutaan di negara juga semakin krusial dalam kondisi ini untuk memfasilitasi business matching hingga penjajakan pasar.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga juga mengakui bahwa kinerja perdagangan ke depan menghadapi tantangan yang tidak mudah karena perlambatan ekonomi.
Untuk itu, pada tahun ini pihaknya juga tidak mematok surplus perdagangan lebih besar. Bahkan, target batas bawah surplus neraca perdagangan pada tahun ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencapai US$ 38,2 miliar - US$ 38,5 miliar.
Baca Juga: Kemendag Targetkan Surplus Perdagangan RI Capai US$ 53,4 Miliar pada Tahun 2024
"Lembaga internasional seperti IMF kan memprediksi ada keterlambatan ekonomi global. Bahkan ada beberapa disebutkan itu pertumbuhannya sekitar 3,7%, kita itu 5%, yang artinya kita sudah di atas itu," ujar Jerry dalam Rakor Kemendag 2024 di Semarang, Rabu (21/2).
Alasan lain, lantaran pemerintah juga berpacu pada realisasi surplus perdagangan tahun 2023 yang tidak sampai US$ 40 miliar atau tepatnya sebesar US$ 36,93 miliar.
"Jadi saya pikir sangat rasional kita mematok angka tersebut, dengan asumsi bahwa kita mencapai angka yang lebih tinggi dari 2023," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News