kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Surplus neraca pembayaran tergerus amnesti pajak


Selasa, 30 Mei 2017 / 10:29 WIB
Surplus neraca pembayaran tergerus amnesti pajak


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kenaikan peringkat utang Indonesia yang baru saja diberikan oleh Standard and Poor's (S&P) ternyata tak cukup untuk menyamakan surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) tahun ini. Bank Indonesia memperkirakan, surplus NPI 2017 hanya sekitar US$ 3-US$ 4 miliar, jauh lebih rendah dari tahun lalu yang tercatat US$ 12,1 miliar.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan peringkat utang dari S&P bisa mengundang investasi portofolio. Sebab, ada beberapa investor yang berminat masuk ke Indonesia, asalkan Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat internasional utama.

Pihaknya mencatat, capital inflow hingga pekan lalu mencapai Rp 108 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 62 triliun.

Namun aliran modal asing yang masuk tersebut diperkirakan tak sebesar tahun lalu. Sebab, "Tahun lalu dari tax amnesty aliran dana cukup besar. Sekarang kita kembali lebih normal lagi," kata Agus, Senin (29/5) malam.

Sementara itu, respons investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) atas kenaikan peringkat Indonesia lebih lambat. Ia memperkirakan aliran FDI baru akan masuk enam hingga 18 bulan ke depan.

Padahal, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tahun ini masih berada di level yang rendah. Dengan telah memperhitungkan kenaikan impor, Agus bilang, CAD akhir tahun bisa mencapai US$ 19 miliar atau 1,8%-1,8% dari produk domestik bruto (PDB), dari akhir tahun lalu yang sebesar US$ 16,3 miliar atau 1,8% dari PDB.

Meski demikian Agus menilai, Indonesia masih punya kekuatan untuk menjaga ekonomi tumbuh berkesinambungan. "Sebab CAD 2013 sempat di atas 3% dari PDB. Sekarang (CAD) masih baik walau impor meningkat," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×