Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani pun sepakat menyebut jika surplus neraca perdagangan bisa terus meningkat.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga juga memperkirakan, surplus neraca dagang Indonesia pada tahun ini akan melampaui realisasi pada tahun lalu. Artinya, nilai surplus diproyeksi lebih dari US$ 21,73 miliar yang merupakan realisasi pada Januari-Desember 2020. Proyeksi ini berasal dari realisasi surplus dagang Indonesia yang sudah mencapai US$ 19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021.
"Optimis-optimis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi di Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus," ujar Haryadi.
Hariyadi berpendapat di tengah situasi betul-betul tidak normal tentu tingkat kesulitannya tinggi. Menurut dia, Indonesia sejatinya diuntungkan dengan situasi perdagangan Amerika dan China dan negara-negara lain yang sibuk dengan urusan penanganan Covid-19. Ia melihat, semua peluang ini dilihatnya dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.
Baca Juga: Kata Mendag terkait defisit perdagangan Indonesia-Australia yang capai US$ 3,1 miliar
Hanya saja, Haryadi menyarankan, pemerintah tak cepat puas. Penetrasi pasar ASEAN saja masih terbuka lebar untuk ditingkatkan. Begitu juga pasar Australia yang sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia.
Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menuturkan, lonjakan perdagangan yang terjadi saat ini, berbanding lurus dengan penurunan kasus Covid-19. "Dukungan Pemerintah terhadap dunia usaha sudah banyak melalui program Dana Pemulihan Ekonomi Nasional PEN) termasuk terhadap UMKM," jelas Benny.
Selain pembenahan di dalam negeri, kinerja ekspor yang melonjak sebenarnya juga tak terlepas dari hasil diplomasi dan pembukaan akses perdagangan. Benny membenarkan, salah satu alasan melonjaknya kinerja ekspor Indonesia adalah terbukanya akses pasar ke beberapa negara tujuan ekspor non-tradisional.
"Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ekspor ke beberapa negara non-traditional, di antaranya Afrika, Eropa tengah, dan Amerika Selatan, sehingga terjadi lonjakan ekspor," kata Benny.
Ekonom UI Telisa Aulia Falianty pun setuju dengan pernyataan Kemendag yang optimis neraca perdagangan tahun 2021 tetap positif. "Sangat realistis karena surplus perdagangan ini terkait naiknya harga komoditas, dan volume ekspor juga meningkat," ujar dia, Rabu (6/10/2021).
Associate Professor FEB UI ini mengatakan, sejumlah faktor mendukung surplus perdagangan ini, antara lain faktor pandemi sudah mulai memudar. "Permintaan meningkat di bidang energi dan komoditas makanan minuman, sehingga ini menjadi semacam bless in disguise (berkah dalam kesusahan)," tutur Telisa. PPKM membuat impor turun drastis. Menurut dia ini campur, ada promosi ekspor oleh pemerintah, ada faktor global.
Baca Juga: BI perkirakan defisit transaksi berjalan (CAD) 2021 di kisaran 0,6%-1,4% PDB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News