kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Surplus neraca dagang tahun ini diperkirakan bisa melebihi tahun 2020


Rabu, 06 Oktober 2021 / 22:05 WIB
Surplus neraca dagang tahun ini diperkirakan bisa melebihi tahun 2020
ILUSTRASI. Surplus neraca dagang tahun ini diperkirakan bisa melebihi tahun 2020 Surplus dagang sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 21,74 miliar. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi serta kenaikan harga komoditas membawa efek positif bagi neraca perdagangan Indonesia. Pada Agustus lalu, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus. 

Sejumlah sektor usaha yang berorientasi ekspor berangsur pulih. "Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus," kata Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi dalam rilis Rabu (6/10). 

Menurut Baidowi, kinerja ekspor yang terus tumbuh menopang pertumbuhan ekonomi. Ia mencatat, kontribusi ekspor terhadap total ekonomi Indonesia (PDB) mencapai 17%

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 tercatat US$ 4,74 miliar, tertinggi sejak Desember 2006. Suplus di Agustus 2021, merupakan surplus neraca perdagangan Indonesia ke 16 secara beruntun sejak Mei 2020.

Baca Juga: Pada Agustus catat rekor, ini perkiraan cadangan devisa bulan September 2021

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 tercatat surplus US$ 19,17 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar US$ 10,96 miliar, bahkan tertinggi dibandingkan dalam lima tahun terakhir.

Surplus dagang sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 21,74 miliar. Tahun ini diperkirakan surplus dagang Indonesia akan melampaui tahun lalu apalagi tahun ini tersisa empat bulan lagi. 

Baidowi melihat, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor utama yakni China dan AS menjadi momentum kenaikan ekspor Indonesia. Belum lagi, harga komoditas ekspor khususnya perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan terus membaik.

Ekspor kelapa sawit naik 45,3% sepanjang Januari-Maret 2021. Ekspor batubara naik 8,4% di periode yang sama. "Sektor pertambangan yang mengalami penurunan tajam tahun 2020 diperkirakan tahun ini juga mulai tumbuh positif," proyeksi Baidowi. 

Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur mencapai 53,2 pada Maret 2021. Baidowi bilang, dengan PMI sudah berada di atas angka 50, ini menandakan perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.

Semua paramater tersebut, menurut Baidowi, target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah bisa mencapai 7%. Ini sama seperti yang terjadi pada kuartal kedua 2021. "Sangat rasional dan berpotensi besar tercapai," kata dia. 

Baca Juga: Wamendag dorong entrepreneur muda agar semangat menembus pasar ekspor

Ini dengan syarat vaksinasi berjalan lancar sesuai target. Belanja pemerintah juga tetap konsisten membantu sektor usaha dan masyarakat yang rentan. "Kinerja ekspor kini telah membaik dan industri manufaktur masuk pada fase ekspansi," ucap Baidowi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani pun sepakat menyebut jika surplus neraca perdagangan bisa terus meningkat. 

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga juga memperkirakan, surplus neraca dagang Indonesia pada tahun ini akan melampaui realisasi pada tahun lalu. Artinya, nilai surplus diproyeksi lebih dari US$ 21,73 miliar yang merupakan realisasi pada Januari-Desember 2020. Proyeksi ini berasal dari realisasi surplus dagang Indonesia yang sudah mencapai US$ 19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021. 

"Optimis-optimis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi di Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus," ujar Haryadi.

Hariyadi berpendapat di tengah situasi betul-betul tidak normal tentu tingkat kesulitannya tinggi. Menurut dia, Indonesia sejatinya diuntungkan dengan situasi perdagangan Amerika dan China dan negara-negara lain yang sibuk dengan urusan penanganan Covid-19. Ia melihat, semua peluang ini dilihatnya dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.

Baca Juga: Kata Mendag terkait defisit perdagangan Indonesia-Australia yang capai US$ 3,1 miliar

Hanya saja, Haryadi menyarankan, pemerintah tak cepat puas. Penetrasi pasar ASEAN saja masih terbuka lebar untuk ditingkatkan. Begitu juga pasar Australia yang sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menuturkan, lonjakan perdagangan yang terjadi saat ini, berbanding lurus dengan penurunan kasus Covid-19. "Dukungan Pemerintah terhadap dunia usaha sudah banyak melalui program Dana Pemulihan Ekonomi Nasional PEN) termasuk terhadap UMKM," jelas Benny.

Selain pembenahan di dalam negeri, kinerja ekspor yang melonjak sebenarnya juga tak terlepas dari hasil diplomasi dan pembukaan akses perdagangan. Benny membenarkan, salah satu alasan melonjaknya kinerja ekspor Indonesia adalah terbukanya akses pasar ke beberapa negara tujuan ekspor non-tradisional.

"Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ekspor ke beberapa negara non-traditional, di antaranya Afrika, Eropa tengah, dan Amerika Selatan, sehingga terjadi lonjakan ekspor," kata Benny. 

Ekonom UI Telisa Aulia Falianty pun setuju dengan pernyataan Kemendag yang optimis neraca perdagangan tahun 2021 tetap positif. "Sangat realistis karena surplus perdagangan ini terkait naiknya harga komoditas, dan volume ekspor juga meningkat," ujar dia, Rabu (6/10/2021).

Associate Professor FEB UI ini mengatakan, sejumlah faktor mendukung surplus perdagangan ini, antara lain faktor pandemi sudah mulai memudar. "Permintaan meningkat di bidang energi dan komoditas makanan minuman, sehingga ini menjadi semacam bless in disguise (berkah dalam kesusahan)," tutur Telisa. PPKM membuat impor turun drastis. Menurut dia ini campur, ada promosi ekspor oleh pemerintah, ada faktor global. 

Baca Juga: BI perkirakan defisit transaksi berjalan (CAD) 2021 di kisaran 0,6%-1,4% PDB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×