kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surat terbuka Luhut Pandjaitan di tengah pro kontra penanganan virus corona


Kamis, 09 April 2020 / 16:28 WIB
 Surat terbuka Luhut Pandjaitan di tengah pro kontra penanganan virus corona
ILUSTRASI. Luhut Binsar Pandjaitan


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Bisar Pandjaitan akhirnya buka suara mengenai berbagai tudingan terhadap dirinya dalam situasi penanganan virus corona Covid-19.

Curahaan hati Luhut ini ia tuangkan dalam akun media sosial pribadinya pada Kamis (9/4).

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Setiap Tindakan Ada Konsekuensinya.

A post shared by Luhut Binsar Pandjaitan (@luhut.pandjaitan) on

Berikut nukilan pernyataan Luhut yang dikutip dari akun instagram dan facebook pribadinya.

"Saya menghabiskan lebih dari 30 tahun masa hidup saya sebagai seorang prajurit, tanpa pernah merasa ada keraguan ketika terjun ke daerah operasi. Sebagai seorang prajurit Kopassus atau yang dulu disebut RPKAD pun saya terbiasa menghadapi banyak pertempuran jarak dekat, dengan situasi yang sangat mencekam. 

Baca Juga: Faisal Basri mencuit: Luhut Pandjaitan lebih berbahaya dari virus corona, ada apa?

Semua itu saya ingat waktu saya masih bujangan dan bahkan setelah saya menikah. Pada saat itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa seorang prajurit RPKAD itu bisa mati terkena peluru. Sampai suatu ketika saya terjun di Timor Timur bersama anak buah saya, keesokan harinya saya ketahui ternyata anak buah saya ada yang mati.

Tapi itu semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar. 

Baca Juga: Said Didu tak minta maaf, Luhut Panjaitan akan tuntut di Jalur hukum

Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit. Tapi saya baru disadarkan saat kehilangan prajurit saya di daerah operasi, pada tahun 1975. Ternyata manusia memang terdiri dari darah daging dan tulang, juga emosi. 

SELANJUTNYA>>>




TERBARU

[X]
×