kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faisal Basri mencuit: Luhut Pandjaitan lebih berbahaya dari virus corona, ada apa?


Sabtu, 04 April 2020 / 00:07 WIB
Faisal Basri mencuit: Luhut Pandjaitan lebih berbahaya dari virus corona, ada apa?
ILUSTRASI. Faisal Batubara atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri adalah ekonom dan politikus asal Indonesia. Foto/KONTAN/Djumyati Partawidjaja


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ekonom Faisal Basri mencuit keras di media sosialnya Twitter, Jumat (3/4). Cuitan ini ditujukan langsung ke Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Investasi yang juga Plt Menteri Perhubungan Luhut Binsar Pandjaitan.

Isinya:  "Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19," kicau Faisal lewat Twitter, Jumat (3/4).

Twitt ini tersiar pukul  6.34 PM.  Sontak cuitan ini di dicuitkan kembali atau disiarkan lagi sebanyak 11.400 retweet dan disukai 21.700 pada pukul 12.00 PM. 

Cuitan ini juga lagi langsung memantik balasan panjang dari para follower Faisal Basri, mulai dari mengingatkan Faisal bisa di 'Said Didukan', sampai pujian bahwa cuitan ekonom senior Faisal Basri ini cadas.

Komentar juga datang mantan ketua DPR RI Marzuki Alie. Kata Marzuki:

Hanya menyisir cuitan Faisal, kata dia, fakta  perlu disampaikan ke publik. Cuma Faisal tak menyebut alasan Luhut lebih berbahaya dari corona.

Namun dari sisiran akun Twitte Faisal juga, cuitan tersebut  terkait ucapan Luhut bahwa virus corona tak kuat dengan cuaca di Indonesia.

Dari hasil modelling, cuaca Indonesia, ekuator ini panas, dan itu untuk COVID-19 enggak kuat," kata Luhut usai rapat dengan Jokowi melalui telekonferensi, Kamis (2/4).

Keuntungan cuaca di Indonesia memang acap Luhut sebut dalam beberapa komentar Menko Maritit ini. Misal, Selasa (31/3) lalu, kata Luhut, "Indonesia diuntungkan dengan temperatur tinggi pada April. Humidity (kelembaban) tinggi (mem)buat COVID-19 relatif lemah daripada di tempat lain," ujar Luhut.

Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas secara online, Kamis (2/4) juga sempat menyebut kalau musim panan saat ini akan sangat mempengaruhi berkembangnya COVID-19 ini.

Padahal,  tim peneliti Harvard Medical School berpendapat, virus corona tidak terlalu sensitif terhadap iklim wilayah.

Penularan SARS-CoV-2—virus penyebab COVID-19—di wilayah beriklim tropis seperti Guangxi dan Singapura menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara yang tinggi tidak menyebabkan penularan virus corona menurun.

Studi lain dari dua pakar ilmu komputer Massachusetts Institute of Technology menunjukkan, virus corona mungkin memang tidak dapat menyebar secara efisien di wilayah dengan suhu dan kelembaban udara tinggi.

Pada akhirnya, perbedaan suhu dan kelembapan udara bisa jadi memperlambat penyebaran virus corona, namun tidak menghentikannya. Coronavirus masih tetap bisa menyebar dalam hitungan jam atau hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×