Reporter: Adinda Ade Mustami, Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Ramadhani Prihatini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Inilah stimulus ekonomi ala bank sentral. Kemarin, Bank Indonesia (BI) menggunting 7-Day Reverse Repo Rate (7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,50%.
Penurunan bunga acuan ini merupakan yang pertama di tahun 2017. Terakhir kali, BI menggunting bunga acuan pada Oktober 2016 dari 5% menjadi 4,75%.
Idealnya, penurunan bunga acuan ini diikuti kalangan perbankan dengan menggunting bunga kredit. Jika itu yang terjadi, aliran pendanaan ke dunia usaha dan sektor riil bisa bertambah kencang.
Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI menegaskan, langkah ini merupakan stimulus pemacu kredit, serta stimulus bagi ekonomi Tanah Air. "Kita berharap bunga deposito dan bunga kredit turun," kata Perry, Selasa (22/8).
Selama ini, BI menilai, kalangan bank tampak lambat menurunkan bunga kredit karena berupaya menjaga margin. Lihat saja, sejak Januari 2016 hingga Juni 2017, suku bunga kredit baru turun 110 bps menjadi 11,73%. "Sedangkan deposito pada periode sama turun 145 bps menjadi 6,49%," kata Agus DW Martowardojo, Gubernur BI.
Yang terang, keputusan BI memangkas bunga ini beralasan. Hingga Juni 2017, laju kredit perbankan tumbuh 7,7%. Angka itu lebih lambat ketimbang pertumbuhan kredit di periode sama tahun 2016 yang sebesar 8,9%.
Itu pula yang membuat BI merevisi target pertumbuhan kredit perbankan tahun ini. Awalnya, pertumbuhan kredit diperkirakan 10%-12%. Kini menjadi 8%.
Sayang, seperti biasa, kendati ada ruang menurunkan bunga kredit, bankir masih menimbang-nimbang sebelum menggunting bunga kredit. "Kami masih melihat kondisi," ujar Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI). Pertimbangan lain, BNI sudah menurunkan bunga kredit korporasi sebesar 10 bps, Juli 2017.
Haru Koesmahargyo, Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan, penurunan bunga acuan BI akan memicu penurunan bunga kredit perbankan. "Bunga simpanan bank di BI akan turun, dan bank akan didorong untuk ekspansi kredit," imbuh Haru.
Sedangkan Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) juga belum bisa memprediksi potensi penurunan bunga. "Kami lihat situasi dulu," ujar Jahja.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johannes Nangoi menyambut positif penurunan bunga acuan. Keputusan BI ini menjadi sentimen positif bagi industri otomotif. Maklum, mayoritas pembelian kendaraan menggunakan kredit dan sensitif terhadap suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News