Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penghematan anggaran subsidi energi menjadi kebijakan yang pemerintah upayakan dari tahun ke tahun. Namun, langkah ini kemungkinan bakal memberikan dampak terhadap potensi pertumbuhan ekonomi.
Kemarin (6/9), pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR menyepakati postur sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020.
Baca Juga: Penurunan subsidi energi membuat target pertumbuhan ekonomi 2020 makin menantang
Dalam postur tersebut, baik target pendapatan maupun belanja negara, masing-masing naik Rp 11,6 triliun dari usulan dalam Rancangan APBN 2020.
Target pendapatan negara, naik menjadi Rp 2.233,2 triliun dan asumsi belanja negara meningkat jadi Rp 2.540,1 triliun (lihat tabel). Tapi, alokasi subsidi energi mengalami penurunan Rp 12,1 triliun dari usulan dalam RAPBN 2020 menjadi Rp 125,3 triliun.
Alokasi subsidi energi tersebut juga lebih rendah dari proyeksi realisasi anggaran subsidi energi tahun ini sebesar Rp 142,59 triliun.
Ketua Banggar DPR Kahar Muzakir menilai, penurunan subsidi energi tahun depan akan memengaruhi potensi pertumbuhan ekonomi yang pemerintah targetkan sebesar 5,3%. Sebab, pengurangan subsidi energi bakal berefek pada tingkat konsumsi rumahtangga yang jadi penopang utama pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Anggaran subsidi energi turun sebagai buntut keputusan pemerintah mengeluarkan pelanggan listrik golongan R1 900 VA rumahtangga mampu dari kategori yang disubsidi mulai tahun depan.
Baca Juga: Jerome Powell berjanji arah kebijakan The Fed akan pertahankan ekspansi ekonomi AS
"Konsumsi rumahtangga diperkirakan akan tumbuh di bawah 5% dan efek ke pertumbuhan ekonomi mungkin melambat ke 4,9%," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada KONTAN, Jumat (6/9).
Masih berpihak
\Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta DPR dan masyarakat melihat secara keseluruhan susunan APBN 2020.
"Anggaran pendidikan kami naikkan, anggaran kesehatan juga naik melebihi porsi wajibnya 5% dari belanja, anggaran infrastruktur dasar, bantuan sembako, dan sebagainya juga meningkat," kata Menteri Keuangan.
Baca Juga: Terseret ancaman resesi global, Bank Dunia: Capital outflow membayangi Indonesia
Menurut Sri Mulyani, penurunan anggaran subsidi energi tahun depan lebih dipengaruhi oleh asumsi dasar harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang berubah, dari sebelumnya US$ 65 per barel menjadi US$ 63.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News