kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi agar bonus demografi tidak cuma menghasilkan pengangguran yang tinggi


Sabtu, 19 Desember 2020 / 17:28 WIB
Strategi agar bonus demografi tidak cuma menghasilkan pengangguran yang tinggi
ILUSTRASI. Sejumlah buruh mengenakan masker saat pulang kerja di salah satu pabrik di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Tribun Jabar/Gani Kurniawan


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bonus demografi di tahun 2030 dengan hampir 70% penduduk Indonesia akan berada di usia produktif, yaitu usia antara 15 hingga 64 tahun bisa menjadi blunder. Terutama di saat Indonesia tidak bisa memanfaatkan bonus demografi agar bisa memberikan manfaat bagi bangsa.

Direktur Eksekutif Indonesia Business Links (IBL) Yayan menyebutkan perlu ada strategi dan koordinasi di seluruh pemangku kepentingan menjelang tahun 2030 ini.  

“Kita tidak akan pernah berpikir bahwa bonus demografi akan menimbulkan angka pengangguran yang tinggi. Tantangan untuk itu tidak kecil, sehingga dibutuhkan strategi dan koordinasi di antara para pemangku kepentingan dalam satu kolaborsi sehingga tantangan ini dapat dijawab bersama sama menjadi lebih mudah,” jelas Yayan dalam webinar Kemitraan dalam Meningkatkan Peluang Ekonomi Kaum Muda yang digelar Katadata bersama Indonesia Business Links Kamis (17/12) lalu. 

Ia mengungkapkan, melihat tantangan tersebut, IBL melalui Program Skilled Youth 4 menggandeng Puskamuda Universitas Indonesia untuk melakukan kajian tentang kemitraan bagi peningkatan peluang ekonomi anak muda. Kajian ini fokus kepada dua hal, yaitu: kesiapan bekerja dan kewirausahawan dimana akan dilihat beberapa aspek utama seperti akses, soft skills, kemitraan, GESI, technology informasi, dan literasi keuangan.

Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangungan Nasional Mahatmi Parwitasari Saronto, mengakui bahwa COVID-19 berdampak besar pada kondisi angkatan kerja pada 2020. Dalam visi Indonesia 2045, pemerintah menargetkan 90%  angkatan kerja berpendidikan menengah ke atas.

“90 persen tenaga kerja kita dapat bekerja di lapangan kerja dengan keahlian menengah ke atas. Untuk mendorong produktifitas, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan diharapkan mencapai 65%. Sama seperti Vietnam sekarang,” ucap Mahatmi

Menyadari kondisi dan tantangan target tersebut, strategi yang akan ditempuh pemerintah terdiri dari tiga poin, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi yang menciptakan lapangan kerja, meningkatkan keahlian tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, dan mendorong fleksibilitas dan mobilitas tenaga kerja untuk keluar masuk pasar kerja tanpa terdampak besar pada kesejahteraan.

“Untuk poin pertama, pemerintah akan mendorong pemulihan dan transportasi ekonomi dengan memulihkan sektor unggulan seperti industri pengolahan dan pariwisata, pengembangan wilayah pusat pertumbuhan seperti kawasan industri, mendorong investasi, menumbuhkan UMKM,” tutur Mahatmi.

“Poin kedua, pemerintah akan mendorong perbaikan skill development sistem yang ada sekarang, dengan mereformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi agar lebih berbasis kerja sama industri termasuk pembenahan informasi pasar kerja,” sambungnya.

Untuk melakukan itu semua, maka harus ada kerja sama antar berbagai pihak. Menurut pandangan Mahatmi, industri harus menjadi pihak terdepan dalam pengembangan keahlian tenaga kerja. Intinya adalah bagaimana membuat tiap angkatan kerja dapat menyesuaikan keahliannya dengan industri. Sehingga, tidak tertinggal dalam perubahan lapangan kerja.

Poin ketiga, dilandasi pada proses reformasi ketenegakerjaan untuk menciptakan ketenagakerjaan yang kondusif dengan membenah regulasi dan reformasi sistem perlindungan sosial, reformasi sistem kesehatan nasional, serta perbaikan sistem pendidikan.

“Kita tidak bisa berbicara mengenai angkatan kerja yang lain, jika angkatan kerja kita tidak sehat dan tidak memiliki kemampuan hard skill dan soft skill yang mumpuni. Hal ini didapat dari dunia pendidikan dari sekolah. Untuk mengatasi pengangguran usia muda, strategi di atas bisa didekati dengan dua jalur, kita bekali kaum muda dengan keterampilan bekerja dan keterampilan untuk berwirausaha,” beber Mahatmi.

Kemitraan yang inklusif untuk meningkatkan ekonomi kaum muda harus didukung oleh lingkungan. Kajian yang dilakukan oleh IBL bekerjasama dengan Puskamuda Universitas Indonesia ini menghasilkan empat rekomendasi agar hal tersebut bisa tercapai yaitu dari sisi kebijakan dan regulasi.

Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Puni A. Anjungsari mengungkapkan, sudah lebih dari 1.000 anak muda yang menerima manfaat dari program Skilled Youth 4. Program Skilled Youth 4 adalah program kolaborasi Citi Indonesia dan Indonesia Business Links (IBL) yang didukung oleh Citi Foundation, ditujukan bagi generasi muda berusia 16-25 tahun di sejumlah wilayah di Jawa Barat yaitu Bekasi, Cikarang, Kerawang, Bandung, dan Purwakarta.

“Kami sangat menyambut baik inisiatif yang dilakukan Indonesia Business Links (IBL) dan dari hasil yang diperoleh, pendampingan bagi generasi muda merupakan salah satu faktor utama dari program Skilled Youth. Selain itu, aspek inklusif dan keberagaman juga mempunyai peran yang penting dalam pengembagan potensi generasi muda kedepannya dan bertujuan memberikan dampak yang serentak dan berkelanjutan bagi para generasi muda di wilayah yang menjadi sasaran program ini. ” ungkap Puni.

Menurutnya, Citi Indonesia pada tahun depan akan mulai mengembangkan aspek inklusif dan keberagaman yang menjadi peran penting dalam pengembangan potensi anak muda yang kedepannya akan menjadi acuan dari program-program yang akan dilaksanakan oleh Citi Indonesia.

Kaum muda menjadi salah satu kelompok yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Peluang untuk bekerja semakin sempit dan juga kesempatan berwirausaha menjadi terbatas. Karena itu, perlu ada kemitraan yang inklusif untuk mendorong kelompok muda bisa berwirausaha di masa pandemi dan juga pasca-pandemi.

Direktur Puskamuda UI Rissalwan Lubis mengatakan, rekomendasi pertama yaitu adanya grand design dan peta jalan peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan pemberdayaan ekonomi pemuda, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Rekomendasi kedua, harus ada pelembagaan atau kelompok aksi di daerah agar kemitraan berjalan. Rekomenasi berikutnya adalah penguatan peran pendampingan pemuda yang memiliki potensi (asset) dan kemampuan sebagai agen perubahan (agency). Sedangkan rekomendasi keempat dari aspek Gender, Equality, and Social Inclusion yaitu  memegang teguh prinsip No One Left Behind, dengan cara mengedepankan kepentingan kelompok yang mengalami eksklusi sosial atau termarjinalkan dari sistem sosial-ekonomi.

“Para pemangku kepentingan di pusat dan daerah serta pengusaha punya kontribusi besar untuk mendorong ekonomi pemuda. Caranya dengan meningkatkan soft skill serta literasi keuangan kaum muda. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberdayaan kaum muda,” kata Rissalwan.

Chief Technology Officer (CTO) Kerjabilitas.com Tety Sianipar mengingatkan bahwa soft skills atau keahlian adaptif lebih penting dibandingkan hard skills atau keahlian teknis agar bisa lebih sukses di jalur pekerjaan formal.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengungkapkan, salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi anak muda di sektor perekomomian adalan dengan merevitalisasi Balai Latihan Kerja yang selama ini sudah ada.

“Pemda punya BLK yang bisa dintegrasikan dengan kebijakan di pusat sehingga bisa memaksimalkan potensi perekonomian anak muda. Di masa pandemi ini, pelatihan bisa dilakukan secara virtual,” ujar Bhima.

Vice Chair, IBL Board of Management Nia Sarinastiti mengharapkan hasil kajian ini dapat diterapkan baik dari aspek kebijakan dan regulasi, koordinasi dan tata kelola, Positive Youth Development, serta aspek Gender Equality and Social Inclusion (GESI). Nia menyimpulkan, hasil kajian ini semakin menekankan pentingnya konsep pentahelix yang merupakan konsep dasar dari keterlibatan multipihak yaitu pemerintah, swasta, akademi, media dan komunitas, yang dapat mengakselerasi kemitraan yang produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×