kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok Pangan Aman, Rata-Rata Ketahanan Bahan Pangan Nasional di Atas 1 Bulan


Minggu, 06 Maret 2022 / 15:12 WIB
Stok Pangan Aman, Rata-Rata Ketahanan Bahan Pangan Nasional di Atas 1 Bulan
ILUSTRASI. Kementerian Perdagangan memastikan, stok bahan pangan pokok aman dengan rata-rata ketahanan di atas 1 bulan.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan memastikan, stok bahan pangan pokok aman dengan rata-rata ketahanan di atas 1 bulan. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebut, pihaknya terus memastikan agar ketersediaan 12 bahan pangan pokok dapat selalu di atas satu bulan.

"Stok semua Insya Allah aman, semua bahan pangan pokok terutama 12 kebutuhan pokok, pemerintah pastikan ketersediaan 12 komoditi semua di atas 1 bulan ketahanannya," kata Oke dalam diskusi virtual, Minggu (6/3).

Secara umum, tren harga barang kebutuhan pokok juga relatif stabil. Meski terdapat beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya. Misalnya saja bawang, cabe dan kedelai.

Harga bawang merah naik hampir 20% menjadi Rp 37.000 per kilogram secara nasional. Oke menjelaskan, penyebab kenaikan harga bawang merah karena tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi saat panen, sehingga produktivitas turun sekitar 50% menjadi 4 ton per hektare.

Baca Juga: Gelar Operasi Pasar, Menko Airlangga Pastikan Stabilitas Harga Pangan Tetap Terjaga

Kemudian, harga cabe merah keriting naik 45% menjadi Rp 50.500 perkilogram, cabe merah besar naik 38% menjadi Rp 47.300 perkilogram dan cabe rawit merah naik 43%. Untuk cabe berdasarkan informasi dari asosiasi cabe Indonesia kenaikan harga cabe disinyalir lantaran, tertundanya masa pemetikan karena curah hujan yang tinggi di sentra produksi.

Oke melanjutkan, untuk harga kedelai naik 7,5% menjadi Rp 11.500 di tingkat pengrajin dan di tingkat eceran di atas Rp13.000.

"Kenaikan kedelai merupakan dampak dari kenaikan harga kedelai dunia. Disinyalir akibat turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan, serta tentunya kalau kedelai kita itu dari Amerika kita tahu di Amerika biaya produksi menjadi lebih tinggi karena terjadinya inflasi dan batasan pergerakan gara-gara pandemi," jelasnya.

Meski secara umum ketersediaan bahan pangan pokok masih aman, Oke mengatakan, mendekati bulan puasa dan lebaran ada beberapa komoditi memang harus diperhatikan ketersediaannya terutama daging.

"Bulog saat ini hanya bisa memasukkan untuk daging beku yaitu 10.000 ton pada bulan Februari dan awal Maret ini sudah mulai masuk. Mungkin nanti akan masuk kembali sehingga untuk puasa dan lebaran ini diharapkan ada tetap opsi bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber protein hewani yang murah," ujarnya.

Kenaikan harga daging segar disebabkan faktor dari Australia karena mayoritas daging segar di Indonesia dipasok dari sana. Akhir-akhir ini terjadi depopulasi dan saat ini Australia sedang melakukan repopulasi. Sehingga ada pembatasan-pembatasan di tengah permintaan yang meningkat. Harga sapi hidup dari naik meningkat dan menyebabkan harga daging segar di Indonesia meningkat hingga di atas Rp130.000 per kg.

Kemudian untuk gula, Oke mengatakan, harga saat ini dipengaruhi biaya produksi gula di dalam negeri yang tinggi. Sementara alokasi gula impor rupanya belum bisa menolong harga di dalam negeri. Hal tersebut karena saat ini masih terkendala dengan biaya logistik yang tinggi.

"Gula impor tidak bisa juga membantu meredam harga di dalam negeri. Pemerintah juga sedang melihat kembali melihat situasi yang terakhir menyesuaikan harga acuannya," imbuhnya.

Baca Juga: Sebanyak 12.000 Ton Daging Impor Bulog Telah Tiba di Tanjung Priok




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×