Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Hal tersebut menandakan aktivitas produksi negara-negara importir membaik. Hendra bilang aktivitas industri saat ini mayoritas menggunakan energi batubara, sebab baling murah dibanding migas. Dus, harga si hitam hingga akhir tahun ini diprediksi makin kinclong.
Selain itu, dari demand domestik juga terjadi peningkatan penjualan batubara. Kata Hendra, apabila aktivitas manufaktur terus membaik di tahun ini, akan memberi efek domino kepada batubara.
“Tentu kami yakini tahun ini harganya positif, short term-middle term baguslah. Harga dan produksi naik maka otomatis akan memberikan peningkatan penerimaan negara baik pajak maupun PNBM dari batubara,” kata Hendra kepada Kontan.co.id, Selasa (14/4).
Sebagai gambaran realisasi penerimaan pajak dari sektor pertambangan pada Januari hingga Februari 2021 sebesar Rp 4,58 triliun. Angka tersebut tumbuh 0,54% dari posisi di periode sama tahun lalu sejumlah Rp 4,56 triliun.
Meskipun di tahun ini penerimaan pajak sektor pertambangan diyakini bisa pulih, tapi dalam tiga tahun terakhir, perkembangannya terus merosot. Berdasarkan data Kemenkeu pada 2020 realisasinya sebesar Rp 37,51 triliun, 2019 senilai Rp 66,12 triliun, dan 2018 sejumlah Rp 80,55 triliun.
Selanjutnya: Menilik dampak kenaikan harga komoditas energi terhadap penerimaan negara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News