Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kondisi pasar surat berharga negara (SBN) yang mengalami tekanan besar sebagai dampak dari wabah virus corona.
Meski kondisi fundamental makroekonomi Indonesia selama ini relatif baik, Indonesia tak imun terhadap gejolak perekonomian dan pasar keuangan global saat ini.
“Harga saham menurun, nilai tukar mengalami tekanan, dan terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang sangat tinggi terutama pada pasar SBN,” tutur Sri Mulyani d alam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI dan anggota KSSK, Senin (6/4).
Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan bersih pada pasar SBN domestik sebesar Rp 135,08 triliun secara year-to-date (ytd) hingga 1 April lalu. Sementara, total capital outflow secara keseluruhan mencapai Rp 148,76 triliun secara ytd.
Baca Juga: Hingga Maret, pemerintah tarik utang lewat SBN sebesar Rp 243,8 triliun
Selain outflow, Sri Mulyani mengungkapkan, terjadi lonjakan tingkat yield pada lelang surat utang negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun yang dilakukan pemerintah. Sejak 18 Februari hingga akhir Maret, yield SUN 10 tahun pada lelang SUN mengalami kenaikan sebesar 130 basis poin ke level 7,8%.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (6/4), yield FR0082 yang merupakan benchmark untuk SUN acuan 10 tahun sudah berada di 8,147%. Naik dari posisi di Jumat (3/4) yang masih ada di 8,085%.
“Akselerasi kenaikan yield terutama pada bulan Februari dan Maret,” sambungnya.
Baca Juga: Terpapar virus corona, penawaran lelang SUN hari ini hanya Rp 33,51 triliun
Melonjaknya tingkat yield juga diiringi dengan nilai penawaran masuk (incoming bids) dalam lelang SUN dwimingguan yang mengalami tren penurunan cukup signifikan.
Pada lelang SUN terakhir di akhir Maret lalu, incoming bids tercatat hanya sebesar Rp 34 triliun. Padahal di awal tahun, incoming bids pada lelang SUN sempat menyentuh Rp 127 triliun dalam satu kali lelang.
Mengingat besarnya kebutuhan pembiayaan defisit anggaran saat ini, Sri Mulyani mengakui, pemerintah mau tak mau menyerap penawaran lelang SUN dengan tingkat yield yang tinggi saat ini.
“Kemarin pemerintah menyerap sekitar Rp 22 triliun dengan tingkat yield yang kami bayar menjadi lebih mahal,” tutur bendahara negara itu.
Di tengah kondisi ini, Sri Mulyani mengatakan pihaknya bersama BI, OJK, dan LPS akan terus memantau ketat dan saling berkoordinasi untuk menanganinya. Pergerakan di pasar keuangan, menurutnya, bisa terjadi sangat cepat seperti yang telah terjadi dalam kurun satu bulan ini baik dari sisi mood investor, pricing, dan gejolak pasar itu sendiri.
“Kami akan terus melihat apakah sistem keuangan kita dalam situasi normal, atau waspada, atau siaga, atau dalam kemungkinan akan merambat menjadi krisis yang mengancam stabilitas sistem keuangan,” tandas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News