Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 kontraksi 3,1%. Ini sejalan dengan perkiraan sejumlah lembaga internasional, yang meramal ekonomi Indonesia akan berada di kisaran -3% hingga -6% di periode April-Juni 2020.
Lebih lanjut, Sri Mulyani bilang, kontraksi yang dialami ekonomi Indonesia terjadi karena dampak corona virus disease 2019 (Covid-19). Terlebih, di periode kuartal kedua, banyak wilayah yang melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi kegiatan ekonomi di dalam negeri.
“April sudah terjadi pelemahan ekonomi, masuk ke Mei, penurunan makin dalam. Karena penyebaran Covid-19 sudah melebar tidak hanya di DKI Jakarta, tapi juga di Jawa Timur sudah menjadi pusat penyebaran,” kata Menkeu Sri Mulyani ketika memberikan penjelasan dalam konferensi video, Selasa (16/6).
Baca Juga: Realisasi belanja negara bulan Mei 2020 terkontraksi 1,4%
Pada bulan Mei lalu, konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang PDB terbesar merosot. Senada, dari sisi perdagangan impor pun diprediksi melemah pada kuartal II-2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada Mei hanya US$ 8,44 miliar atau rekor terendah sejak 2009. Menkeu bilang realisasi impor ini mengonfirmasi lesunya aktifitas industri dalam negeri pada bulan lalu karena lesunya ketersediaan bahan baku dan barang modal impor.
Sementara itu, ekspor mengalami pelemahan 28,95% secara tahunan pada Mei dengan realisasi sebesar US$ 10,53 miliar, ini nilai terendah sejak Juli 2016. Sri Mulyani menyebut, lesunya ekspor dikarenakan ekonomi mitra dagang terbesar Indonesia seperti Amerika Serikat, China, India, dan Jepang masih mengindikasikan kontraksi.
Kendati demikian, Menkeu menyampaikan pelonggaran PSBB yang berlangsung sejak awal Juni 2020, dapat menjadi angin sejuk bahwa ekonomi berangsur membaik. Meski meramal adanya kontraksi di bulan Juni, tetapi Menkeu melihat, posisinya tidak akan sedalam bulan Mei.
Baca Juga: Difisit anggaran membangkak jadi Rp 179,6 triliun sampai dengan akhir Mei 2020
Setali tiga uang, konsumsi rumah tangga bulan ini diprediksi berangsur membaik dibanding bulan sebelumnya pada dan berlanjut di kuartal III-2020. Proyeksi Menkeu, pertumbuhan ekonomi pada Juli-September 2020 berada di level 0%, lanjut di kuartal IV-2020 ekonomi diharapkan bisa recovery sehingga bisa positif.
“Untuk itu, kami menjaga akar ekonomi di tahun ini tidak mengalami resesi. Karena ada pemulihan di kuartal III dan kuartal IV. Saat ini masih menggunakan proyeksi -0,4% sampai 2,3% di tahun ini,” pungkas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News