Reporter: Ferry Hidayat | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sosok Joko Widodo (Jokowi) diprediksi akan menjadi faktor determinan dalam peta politik di pemilihan umum 2014. Tidak hanya berpengaruh bagi PDI Perjuangan selaku partai yang menaungi Gubernur DKI Jakarta tersebut, tetapi ketokohan Jokowi juga dapat menentukan naik-turunnya suara dari partai lain.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS) Y Ari Nurcahyo. Menurut Ari, PDI Perjuangan harus segera memutuskan untuk mengusung Jokowi sebagai Presiden di Pilpres sebelum pemilihan Legislatif (Pileg) 2014.
"Apabila PDI Perjuangan tidak mencalonkan Jokowi sebagai capres 2014 sebelum Pemilu Legislatif maka perolehan suaranya tidak optimal atau di bawah 20 persen," kata Ari di kantor SSS, Kuningan, Jakarta (Kamis, 12 Desember 2013).
Berdasarkan temuan SSS partai berlambang banteng moncong putih itu hanya akan memperoleh suara sekitar 15,5 persen saja jika tidak mengajukan Jokowi sebagai capres sebelum Pileg.
Lain halnya jika PDI P segera merestui putra Solo itu untuk RI I, suara partai besutan Megawati Soekarnoputri itu akan melonjak tajam menjadi 27,4%.
Ari menambahkan skenario apapun yang akan terjadi di Pemilu kedepan tidak akan berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi dan PDI Perjuangan. "Wacana Pemilu serentak, penghapusan Presidential Threshold (PT) dan penggunaan UU no 42 tahun 2008 tentang Pilpres, tak berpengaruh," ucapnya.
Justru yang mengejutkan, lanjut Ari, apabila Jokowi tidak menjadi capres dan skenario pemilu yang berjalan adalah pemilu serentak dan penghapusan PT maka perolehan suara Partai Gerindra akan meningkat.
Temuan SSS mengatakan elektabilitas sejumlah parpol akan naik jika Jokowi tidak menjadi capres. "Golkar menjadi 19,5%, Gerindra 10,3%, Demokrat 7,8%, dan PKB 5,4%," sambung peneliti SSS Ridho Imawan Hanafi.
Namun elektabilitas itu berubah ketika PDI Perjuangan akan mencalonkan Jokowi yaitu Golkar 17,2%, Gerindra 9%, Demokrat 6,1%, dan PKB 5,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News