Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu perombakan atau reshuffle kabinet Indonesia Maju kembali mencuat. Ekonom Senior Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyampaikan ada beberapa catatan terhadap menteri-menteri di periode kedua Presiden RI Joko Widodo.
Enny menilai dalam situasi pandemic virus corona di tahun ini terlihat jelas koordinasi antar menteri bidang ekonomi tidak harmonis. Baik di tingkat Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian maupun Kemenko Maritim dan Investasi.
Enny mengatakan, sejak awal pandemi di awal Maret lalu, prioritas antara penanganan kesehatan dan ekonomi berjalan lambat. Masalah utamanya saat pemerintah ragu menetapkan status lockdown karena pertimbangan ekonomi.
Di periode Maret-April lalu, Enny mengatakan, pembatasan sosial yang masih renggang membuat ekonomi Indonesia tidak bisa didongkrak. Realisasi pertumbuhan ekonomi justru minus 5,32% year on year (yoy).
Baca Juga: Obat modern asli Indonesia berpeluang masuk JKN, ini sebabnya
Namun, setelah pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tren penyebaran virus corona dalam beberapa waktu masih mengindikasikan peningkatan. Belum lagi masalah penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang masih rendah bahkan hingga Desember ini.
“Sebetulnya kabinet itukan masalah teamwork, saling koordinasi bagaimana caranya penyelesaian pandemi, yang tercermin malah ini berantakan tidak ada fokus di awal. Ini masalah kegagalan meng-orginize di tinggal Kemenko,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Senin (21/12).
Di sisi lain, Enny memandang investasi yang menjadi misi Presiden Joko Widodo pun belum bisa diakselerasi oleh jajaran menteri ekonomi Kabinet Indonesia Maju.
Baca Juga: Soal reshuffle kabinet, Hipmi berharap Jokowi pilih menteri yang pro pertumbuhan
Menurutnya, meski ada dampak pandemi seharusnya pemerintah bisa mengontrol investasi langsung layaknya negara tetangga layaknya Vietnam. Selain itu memastikan investasi yang masuk bertul-betul punya kualitas baik seperti sektor primer dan sekunder sehingga banyak menyerap tenaga kerja.
Selain dua Kemenko tersebut, Enny menyampaikan dua kementerian teknis lainnya masih bermasalah, yakni Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Baca Juga: Terkait wacana reshuffle kabinet, ini pernyataan Jubir Presiden
Ia bilang meski neraca perdagangan tahun ini dalam tren surplus, tapi itu disebabkan oleh impor yang melandai, bukan karena peningkatan ekspor. Menurut Enny, nyatanya penurunan impor berdampak terhadap keberlangsungan industri saat ini terkait ketersediaan bahan baku.
“Jadi perlu mencermati apakah kinerja saat ini murni karena alasan pandemic atau malah skill yang tidak memiliki teroosan yang efektif,” Ujar Enny.
Selanjutnya: Reshuflle kabinet sentuh 12 posisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News