Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat utang internasional Moody's pada Senin (11/12) melansir bahwa Liquidity Stress Indicator (LSI) di Asia menurun, yakni dari 27,6% pada Oktober menjadi 26,4% pada November.
LSI ini menyatakan opini atau persepsi yang mengukur likuiditas korporasi yang kualitas ratingnya tidak terlalu bagus. Hal ini meliputi bagaimana kemampuan mereka generate cash dari sumber internal maupun pendanaan eksternal sehingga kewajiban cash mereka memenuhi untuk 12 bulan mendatang.
Indonesia sendiri LSI-nya mengalami penurunan LSI dari sebelumnya 24% pada Oktober menjadi 23,1% pada November.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat bahwa hal ini merupakan indikasi bahwa ekonomi Indonesia tengah menuju perbaikan. Meskipun penurunan LSI-nya sendiri belum signifikan.
“Ini indikasi awal dari perbaikan ekonomi kalau saya lihat. Meskipun belum signifikan, tetapi korporasi Indonesia yang dikategorikan dengan rating jelek, kinerjanya makin baik,” kata Josua kepada Kontan.co.id.
Menurut Josua, dengan kemampuan untuk generate revenue di korporasi yang semakin baik, ada harapan NPL juga membaik sehingga permintaan kredit meningkat dan rasio pertumbuhan kredit meningkat. Sementara di sisi lain, dengan semakin baiknya kondisi korporasi, kemampuan mereka untuk issue bonds dan kapasitas meminjam di bank akan lebih besar.
“Tahun ini penerbitan obligasi korporasi juga sudah meningkat. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hampir Rp 137 triliun issuance-nya per November dan di secondary market transaksinya juga meningkat,” ujar dia.
Ekspektasi ekonomi tahun depan juga menurut Josua terus membaik. Ia memperkirakan ekonomi bisa tumbuh 5,2% hingga 5,3% tahun depan dari yang tahun ini diperkirakan sebesar 5,0% hingga 5,1%.
“Kami berharap konsumsi rumah tangga terus membaik sehingga kapasitas produksi sektor riil meningkat dan ada permintaan kredit dan issuance bonds yang meningkat. Perbaikan ini akan ditranslasikan dengan peningkatan di sektor riil,” ucapnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, perekonomian Indonesia walau tumbuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi memiliki kualitas yang baik.
“Kalau kita lihat, indikator ekonomi kita 2-3 tahun terakhir sebetulnya pertumbuhannya tidak tinggi sekali. Sekarang (ekspektasi tahun ini) ada pada angka 5,1%, tetapi dibarengi dengan perbaikan dari indikator lain yang merujuk pada kualitas pertumbuhan,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Menurut Darmin, untuk semakin memacu ekonomi, pemerintah berupaya mendorong sektor yang kontribusi pertumbuhan ekonominya besar, yakni industri dalam negeri.
“Pembangun kita menyebar walaupun belum semua selesai. Di samping itu pemerintah mendorong berkembangnya kawasan sebagai pendorong industri yakni KEK, KIK, dan kawasan pariwisata strategis nasional yang menyebar. Kami meletakkan dasar untuk lebih cepat dan merata. Ini ukuran dari kualitas ekonomi,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News