kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45914,01   4,70   0.52%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai lembaga ini


Selasa, 27 Juli 2021 / 16:38 WIB
Simak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai lembaga ini


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) dan sejumlah lembaga internasional memberikan prediksi mengenai outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 hingga 2022 mendatang.

CORE memproyeksikan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di kisaran 2,5% sampai 3,5% sepanjang 2021. Direktur Eksekutif Direktur Eksekutif (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan proyeksi tersebut berlandaskan potensi ketidakpastian ekonomi yang menghambat kembali pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhannya tidak bisa tinggi apalagi mencapai sesuai yang diprediksikan pemerintah di kisaran 4,5% sampai  5,3%.

“Akan tetapi, proyeksi ini tidak terlalu rendah, sebab ada dua faktor, pertama karena tahun 2020 sudah minus secara year on year potensi untuk meningkat menjadi lebih besar, dan kedua dari segi ekspor yang tumbuh luar biasa sehingga akan meredam dari kontraksi keterlambatan dari sisi konsumsi rumah tangga,” kata Faisal dalam sesi diskusi virtual, Selasa (27/7).

Baca Juga: Sri Mulyani sebut perubahan iklim ancaman global yang sama seperti pandemi Covid-19

Hal yang sama dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia PADA 2021 tumbuh 4,4%. Pertumbuhan kembali berlanjut pada tahun depan dan diperkirakan angka pertumbuhan tahun 2022 bisa menyentuh 5,0%.

Meski angkanya meningkat, Bank Dunia memberi catatan bahwa peningkatan angka pertumbuhan ekonomi tak serta merta membuka lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor tertentu. Bank Dunia juga menyarankan agar Indonesia menjalankan komitmen vaksinasi, karena dipercaya akan menurunkan jumlah kasus pada 2022.

Lebih lanjut disampaikan juga oleh Asian Development Bank (ADB) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 menjadi 4,5%. Tingkat pertumbuhan akan meningkat pada tahun 2022, yakni diperkirakan mencapai 5%.

“Di tengah perbaikan kondisi global dan perekonomian Indonesia yang dibuka bertahap dan dengan pulihnya perdagangan secara kontinu, kebangkitan sektor manufaktur, dan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang besar untuk 2021, kami optimis Indonesia akan kembali ke jalur pertumbuhannya tahun depan,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein dalam siaran pers beberapa waktu lalu dan dikutip, Selasa (27/7).

Sementara itu, Internasional atau International Monetary Fund (IMF) juga memperkirakan akan terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 4,3% atau lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi global.

Sedangkan proyeksi IMF untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan, IMF memperkirakan ada di kisaran 5,8% atau lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pertumbuhan ekonomi global.

Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 juga tumbuh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN-5 yakni Indonesia Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. IMF juga menghimbau agar Indonesia mempercepat proses vaksinasi untuk menghindari varian virus Covid-19 baru sehingga dapat menghindari penurunan proyeksi ekonomi yang tajam.

Faisal mengatakan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu memperhatikan dari sisi kesehatan agar segera mempercepat penanggulangan pandemi Covid-19, terutama di kondisi mendesak saat ini.

“Artinya di sisa waktu beberapa bulan sampai dengan akhir tahun 2021 pemerintah harus segera fokus pada sisi kesehatan ini. Sebab jika tidak dikhawatirkan akan lebih memperumit atau mempersulit proses pemulihan ekonomi ke depan. Sehingga ketidakpastian ini akan menjadi lebih meningkat,” kata Faisal.

Untuk itu, Faisal berharap agar pemerintah bisa menyegerakan vaksinasi kepada masyarakatnya, dan juga meningkatkan testing dan tracing. Selain itu, saat menerapkan seperti PPKM atau dalam proses penanganan pandemi terutama untuk masyarakat menengah ke bawah program-program bantuan sosial memang harus menjadi bantalan yang bisa meredam terutama ketika PPKM darurat diberlakukan.

“Bantuan sosial ini selain berfungsi untuk menjaga daya beli sebetulnya juga merupakan insentif untuk masyarakat menengah ke bawah yang mereka bergantung pada aktivitas di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan bisa juga menahan mereka untuk taat di rumah jika kebutuhan dasar mereka bisa dipenuhi. Jika tidak tercukupi mereka akan terus keluar untuk mencari makan, sehingga PPKM darurat ini akan terus berlanjut, pandemi tak kunjung usai dan pertumbuhan ekonomi tidak akan tumbuh,” tandasnya.

Selanjutnya: Targetkan penyaluran kredit UMKM hingga 85%, begini strategi BRI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×