Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara mengatakan pihaknya sulit membaca arah kebijakan Bank Sentral AS pasca menurunkan suku bunga The Fed 0,25% pekan ini.
Menurut Suahasil, saat ini ada sinyal yang berbeda, analisis berbeda, yang muncul ke permukaan dibandingkan sebelumnya. "Ini membuat kita sulit memetakan sampai pada tingkat mana The Fed akan menurunkan suku bunga atau menahannya,” ujar Suahasil, Kamis (1/8).
Baca Juga: Rupiah masih melemah 0,79% di level Rp 14.228 per dolar (Pukul 13.03 WIB)
Suahasil menilai, tampaknya memang ada kegamangan dari The Fed sendiri dalam mengambil keputusan suku bunga kali ini. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan opini dari dua anggota dewan gubernur The Fed yang mengusulkan suku bunga tetap di tahan untuk saat ini.
Di sisi lain, para pelaku pasar telah menaruh harapan tinggi terhadap kebijakan moneter AS yang lebih longgar. “Saya pikir kondisi indeks Dow Jones semalam sudah menunjukkan ‘hukuman’ pasar bagi The Fed,” pungkasnya.
Menarik dampaknya ke Indonesia, Suahasil mengatakan, saat ini pemerintah tengah dalam proses menyusun RAPBN 2020. Dalam penyusunan anggaran negara tersebut, dibutuhkan kemampuan memprediksi arah kebijakan dan perekonomian global secara menyeluruh.
Baca Juga: Terhimpit Trump-Powell, investor global alami 48 jam yang brutal
Namun, sinyal yang bercampur (mixed signals) dari The Fed, menurut Suahasil, menambah pekerjaan rumah Kemenkeu dalam merumuskan arah dan asumsi yang tepat untuk APBN tahun depan.
“Ini jadi makin menantang untuk kami memahami dinamika variabel-variabel ekonomi yang sangat berkaitan dengan penyusunan anggaran, mulai dari asumsi nilai tukar, harga minyak, suku bunga, dan sebagainya,” ujar dia.
Baca Juga: Terdorong sentimen luar negeri, harga SUN berpotensi turun hari ini
Selanjutnya, pemerintah akan kembali menganalisis hasil keputusan The Fed yang terbaru ini dan dampaknya terhadap arah perekonomian global maupun domestik. Yang pasti, sinyal The Fed juga menunjukkan bahwa pemerintah tak bisa hanya mengandalkan data-data perekonomian, tetapi juga faktor lain seperti perang dagang, untuk merumuskan kebijakan dan anggaran tahun depan.
Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani tak banyak berkomentar terkait keputusan The Fed. Ia meyakini, Indonesia masih memiliki katalis positif dari dalam negeri sendiri untuk memastikan momentum pertumbuhan berlanjut di tahun ini.
Baca Juga: Wow, harga emas Antam berbalik naik Rp 14.500
“Suku bunga (BI) turun, maka confidence dari konsumen dan investor juga meningkat. Di lingkungan global juga ada positive support. Jadi kita harap ini berdampak lebih positif di kuartal ketiga dan selanjutnya,” kata Menkeu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News