kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siap-siap menambah dana subsidi energi


Kamis, 14 Maret 2013 / 09:12 WIB
Siap-siap menambah dana subsidi energi
ILUSTRASI. Harga mobil bekas Mitsubishi Pajero Sport per Oktober 2021, turun jadi Rp 170 jutaan. KONTAN/Muradi/2013/10/08


Reporter: Herlina KD, Anna Suci Perwitasari | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) tahun ini sepertinya belum bakal berjalan optimal. Penyebabnya, infrastruktur stasiun pengisian BBG baru akan selesai pada akhir tahun ini. Tampaknya pemerintah perlu menambah dana subsidi energi karena konsumsi BBM bersubsidi yang bakal lebih besar dibandingkan kuota.

Sebenarnya, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran subsidi energi sebesar Rp 274,7 triliun. Rinciannya, subsidi BBM, LPG dan BBN sebesar Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik Rp 80,9 triliun.  Secara kuota, volume BBM bersubsidi tahun ini sebesar 46,01 juta kiloliter (kl). Agus Suprijanto, Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan, mencatat, realisasi penyerapan subsidi energi per 15 Februari 2013 sebesar Rp 10,7 triliun, terdiri dari subsidi BBM saja Rp 3,4 triliun, dan subsidi listrik Rp 7,3 triliun.

Pri Agung Rahmanto, Pengamat Energi, menilai, meski konversi BBM ke BBG sudah berjalan tahun ini pun, konsumsi BBM bersubsidi bakal melebihi kuota. Alasannya, manfaat konversi baru terasa dalam jangka panjang. Apalagi, dengan disparitas harga BBM subsidi dan non subsidi yang terlalu besar, potensi konsumsi BBM subsidi melebihi kuota semakin besar.

Hitungan sederhana, realisasi konsumsi BBM bersubsidi tahun 2012 mencapai 45,02 juta kl. Dengan perkembangan ekonomi, penggunaan BBM bersubsidi tahun ini bakal naik sekitar 10% atau mencapai 50 juta kl. "Jelas, subsidi bakal membengkak," katanya, Rabu (13/3).

Perhitungan Bambang Brodjonegoro, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), penggunaan BBM bersubsidi tahun ini sebesar 50 juta-51 juta kl. "Bila disparitas harga pertamax dengan premium semakin besar, konsumsi BBM bersubsidi bisa menyentuh 52 juta-53 juta kl," tandas Bambang.

Dalam hitungan Bambang, setiap tambahan konsumsi BBM bersubsidi sebesar 1 juta kl, perlu tambahan dana subsidi energi Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Jika konsumsi BBM bersubsidi jebol hingga 7 juta kl, perlu tambahan subsidi Rp 28 triliun-Rp 35 triliun.

"Untuk mencegahnya, pemerintah bisa menaikkan harga BBM bersubsidi," saran Lana Soelistyaningsih, Ekonom Samuel Sekuritas.

Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication PT Pertamina, meyakini, konsumsi BBM bersubsidi tahun ini bakal sesuai dengan kuota. "Sejauh ini penggunaan BBM subsidi masih on the track," kata Ali.

Catatan Pertamina hingga akhir Februari, jumlah penggunaan premium mencapai 4,58 juta kl dari kuota 29,03 juta kl. Lalu penjualan solar 2,43 kl dari kuota 14,27 juta kl, sedang kerosene 209.478 kl dari kuota 1,7 juta kl. Dibanding periode sama tahun 2012, konsumsi premium hanya naik 5,29%, solar 1,67%, dan kerosen turun 11,83%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×