Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Selisih antara realisasi dengan target alias shortfall penerimaan bea dan cukai dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) 2016 berpeluang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena realisasi penerimaan bea masuk tahun ini lebih rendah dari yang diperkirakan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemkeu) Heru Pambudi mengatakan, kinerja perdagangan internasional Indonesia saat ini tengah melemah. Menurutnya, tak hanya Indonesia, tetapi juga negara-negara lainya.
Hal tersebut membuat kinerja impor Indonesia sepanjang tahun ini masih menurun. "Volume impornya turun sekitar 17% (year to date)," kata Heru di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (31/10).
Dalam APBN-P 2016, pemerintah menargetkan penerimaan bea dan cukai sebesar Rp 184 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari penerimaan cukai Rp 148,1 triliun, bea masuk Rp 32,4 triliun, dan bea keluar Rp 2,5 triliun.
Sementara itu, pemerintah memperkirakan capaian penerimaan bea cukai tahun in sebesar Rp 181 triliun atau shortfall Rp 3 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari shortfall penerimaan cukai Rp 2 triliun dan shortfall penerimaan bea masuk Rp 1 triliun.
Menurut Heru, dengan penurunan volume impor tersebut, "Kemungkinan (shortfall penerimaan bea masuk) melebar," tambah Heru.
Sayangnya, Heru masih menghitung pelebaran shortfall bea masuk yang dimaksud. Sebab, ia masih memantau kinerja penerimaan bea masuk selama dua bulan pada akhir tahun lantaran kegiatan importasi di November dan Desember biasanya meningkat seiring adanya momentum Natal dan tahun baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News