kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi penerimaan bea cukai baru 58%


Senin, 24 Oktober 2016 / 06:20 WIB
Realisasi penerimaan bea cukai baru 58%


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Realisasi penerimaan bea dan cukai masih minim. Hingga 23 Oktober 2016 baru tercapai Rp 108,2 triliun, atau setara dengan 58,8% dari target Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 yang Rp 183,9 triliun.

Dari perolehan itu, realisasi penerimaan bea masuk Rp 24,2 triliun atau 65,2% dari target Rp 37,2 triliun. Penerimaan bea keluar Rp 2,1 triliun atau 73% dari target Rp 2,8 triliun. Adapun realisasi penerimaan cukai baru senilai Rp 81,8 triliun atau 55,9% dari target Rp 148,1 triliun.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, realisasi penerimaan saat ini menunjukkan penurunan. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemkeu) menunjukkan, pada periode yang sama 2015 realisasi penerimaan bea dan cukai mencapai Rp 116 triliun, dari target Rp 186,51 triliun.

Dengan realisasi penerimaan baru 55,9% dari target dan dengan waktu yang tinggal dua bulan lagi, Ditjen Bea Cukai (DJBC) harus bekerja luar biasa agar target APBNP 2016 tercapai.

Direktur Kepabeanan Internasional Ditjen Bea Cukai Kemkeu, Robert Leonard Marbun mengaku masih optimis penerimaan bea cukai hingga akhir tahun akan tercapai. "Kami tetap optimis mencapai target," ujarnya ke KONTAN, Minggu (23/10).

Optimisme itu didasari oleh perkiraan lonjakan penerimaan cukai pada Desember 2016. Penerimaan cukai akan melonjak karena ada akumulasi pembayaran utang cukai hasil tembakau, yang harus dilunasi sebelum batas akhir tahun ini.

"Selama ini porsi terbesar penerimaan bea dan cukai adalah dari cukai hasil tembakau, dan realisasi terbesar terjadi pada akhir tahun," katanya.

Selama ini kontribusi cukai rokok terhadap penerimaan bea dan cukai mencapai lebih dari 95%. Menurut Robert, penyebab penerimaan bea dan cukai rendah adalah perlambatan perdagangan internasional.

Selain karena harga komoditas ekspor yang turun, permintaan dunia juga melemah. Itulah sebabnya penerimaan bea dan cukai dalam dua tahun terakhir melambat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan realisasi ekspor Indonesia hingga semester III 2016 turun 9,41% dibanding periode yang sama 2015.

Begitu pula impor yang turun sebesar 8,61%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bilang, tahun ini pertumbuhan ekspor dan impor dunia sangat rendah. Ini pertama kali dalam sejarah, selama dua dekade perekonomian, pertumbuhan ekspor dan impor dunia hanya separuh.

Kondisi ini membuat kinerja bea dan cukai turun. "Dari target cukai Rp 148 triliun, kita memperkirakan sampai akhir tahun, realisasinya akan sama seperti tahun lalu Rp 145 triliun, ada shortfall sekitar Rp 3 triliun," katanya. Kenaikan harga komoditas diharapkan meningkatkan penerimaan bea cukai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×