kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Setelah Stop Ekspor Nikel, Presiden Jokowi Siap Menyetop Ekspor Bauksit dan Tembaga


Kamis, 18 November 2021 / 19:27 WIB
Setelah Stop Ekspor Nikel, Presiden Jokowi Siap Menyetop Ekspor Bauksit dan Tembaga
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato di hadapan pimpinan perusahaan besar di Indonesia dalam forum Kompas 100 CEO Forum, Kamis 18 November 2021.


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA: Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia akan terus melanjutkan kebijakan hilirisasi sektor pertambangan meskipun saat ini menghadapi tentangan dari negara negara Eropa di forum organisasi perdagangan dunia WTO.

Penegasan Presiden Joko Widodo ini disampaikan di hadapan pimpinan perusahaan besar di Indonesia dalam forum Kompas 100 CEO Forum yang berlangsung secara hibrida dari Istana Negara dan Jakarta Convention Center (JCC) Kamis 18 November 2021.

"Kalau Indonesia melakukan penghentian ekspor untuk konsentrat bauksit, tembaga, timah dan rare earth (tanah jarang), bisa dibayangkan devisa RI bisa naik seperti apa. Ini strategi, kita harus sama, jangan mengeluh kita tak bisa ekspor pas harga komoditas naik," kata Presiden saat memberikan sambutan.

Pada kesempatan tersebut Presiden menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi sektor pertambangan akan diteruskan. Menurut Presiden ekspor nikel Indonesia saat ini sudah di stop untuk mendukung kebijakan hilirisasi, Meskipun saat ini kebijakan tersebut di bawa oleh negara-negara Uni Eropa ke forum WTO.

Presiden juga menyampaikan saat konferensi tingkat tinggi negara negara G20 yang lalu, banyak kepala negara-negara yang menyampaikan soal kebijakan penghentian ekspor nikel oleh Indonesia ini. "Saya sampaikan, Indonesia ingin membuka lapangan kerja seluas-luasnya di dalam negeri dengan kebijakan hilirisasi ini," katanya.

Menurut Presiden kalau konsentrat pertambangan dikirim ke luar negeri, maka mereka yang akan banyak membuka lapangan kerja. 

"Tapi, kalau mau bekerjasama dengan Indonesia untuk memproduksi setengah jadi, Ayo, kami terbuka buka untuk investasi di sini, kami tidak menutup diri. Tapi kalau mengirim bahan mentah, stop jangan pikir RI mau melakukannya," tandas Presiden.

Presiden menegaskan setelah menghentikan ekspor nikel, tahun depan ekspor bauksit akan di stop kalau smelter sudah siap. Dengan cara ini Presiden berharap bisa membuka lapangan kerja, industrialisasi.

Setelah bauksit, tahun berikutnya ekspor tembaga akan distop terutama saat smelter di Gresik Jawa Timur siap beroperasi. "Ekspor akan distop," tandas Presiden.

Menurut Presiden Indonesia ingin memberikan nilai tambah added value dari hasil tambang dan menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya di dalam negeri.

Negara lain menurut Presiden menyadari hal ini, sehingga mau tidak mau mereka harus investasi atau berpartner dengan Indonesia silakan investasi sendiri dan bekerjasama dengan swasta atau BUMN Indonesia terbuka.

"Jangankan dibawa ke WTO dengan cara apapun akan kami lawan," kata Presiden

Presiden mencontohkan dengan menghentikan ekspor nikel dan nikel ore dan mengolahnya menjadi besi baja akan ada nilai tambah hingga 10 kali lipat.

"Barang ini memiliki lompatan ekspor tinggi dari (komoditas) sampai akhir tahun ini bisa US$ 20 miliar, Hanya dari stop nikel karena Oktober 2021 sudah US$ 16,5 miliar.

Kalau ditambah yang lain bisa jadi US$ 35 miliar. Begitu bauksit dan tembaga maka dampaknya akan sama sehingga neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan terus membaik," katanya

Menurut Presiden impor baja menyebabkan defisit neraca perdagangan dengan China sangat tinggi karena baja ini. 

Misalnya pada tahun 2018 lalu minus US$ 18,4 miliar turun 2020 minus US$ 7,85 miliar dari besi baja dan nikel yang jadi barang. 

Berikutnya pada 2021 minus tinggal US$ 1,5 miliar, tahun depan Presiden yakin bisa surplus perdagangan dengan China.

"2022 yakin sudah plus surplus perdagangan dengan China," kata Presiden Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×