Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus Corona terus mengancam dan memengaruhi pasar keuangan global. Ini pun dirasakan oleh pasar keuangan Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebut dalam sepekan lalu hingga Kamis (6/2), ada aliran modal asing yang keluar (outflow) dari Indonesia hingga Rp 11 triliun.
Baca Juga: Bea Cukai Jayapura antisipasi penyebaran virus corona di perbatasan darat
Meski begitu, BI masih mencatat adanya aliran modal asing yang masuk (inflow) ke Indonesia dengan jumlah di kisaran Rp 400 miliar secara year to date (ytd). Menurutnya, inflow tersebut salah satunya berasal dari lelang Surat Berharga Negara (SBN).
"Dari lelang SBN terakhir, inflow yang masuk atau biding yang masuk masih cukup besar, jadi dari sisi confidence, investor masuk cukup percaya terhadap Indonesia," kata Dody saat ditemui pada Jumat (7/2) di Jakarta.
Dalam menjaga pasar keuangan dari dampak yang lebih buruk, Dody meyakinkan bahwa saat ini BI masih berada dalam posisi kebijakan yang akomodatif, sambil mempertimbangkan waktu yang tepat (timing) untuk mengeluarkan kebijakan lain.
Baca Juga: Virus corona pengaruhi industri CPO hingga mamin Indonesia
Ia pun menambahkan, bahwa kebijakan yang akan dikeluarkan BI tentunya akan data dependence, dan tidak hanya terbatas pada kebijakan moneter terkait suku bunga acuan, tetapi juga terkait bagaimana menjaga likuiditas pasar keuangan, termasuk menjaga nilai tukar rupiah.
"Selain kita masuk ke operasi moneter, membuka fasilitas repo yang bisa dikatakan tiap hari, kita juga menjaga stabilitas rupiah lewat pembelian SBN di pasar sekunder," tambah Dody.
Menanggapi hal tersebut, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy berpendapat bahwa langkah yang tepat untuk menjaga pasar keuangan dari dampak virus corona adalah dengan menjaga rasio likuiditas.
Menurutnya, dalam menjaga rasio likuiditas ini, BI juga bisa mewajibkan bank-bank untuk memegang SBN atau mata uang lain. Namun, Yusuf pun melihat langkah ini juga mengandung resiko, yaitu bisa menghambat perdagangan SBN di pasar sekunder.
Baca Juga: Berpotensi lanjut melemah, ini rekomendasi analis untuk saham United Tractors (UNTR)
Sementara untuk selanjutnya, Yusuf memandang bahwa potensi adanya capital outflow masih akan mungkin terjadi lagi dalam satu bulan ke depan, terutama di pasar obligasi.
Apalagi dengan masih belum adanya tanda-tanda virus yang mulai mereda dan bertambah banyaknya korban meninggal akibat virus ini dan pasar pun masih melihat perkembangan dari virus corona ini.
"Jadi ini memang bergantung dari seberapa cepat pemerintah China untuk menyelesaikan masalah virus corona juga," tandasnya.
Baca Juga: Ditutup gara-gara corona, resor dan kasino Wynn merugi US$ 2,6 juta per hari
Akan tetapi, Yusuf juga melihat bahwa potensi outflow tersebut masih bisa ditahan oleh adanya rencana penerbitan SBN oleh pemerintah dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News