Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Diam-diam konsorsium PT Medco Energi International Tbk, PT Pertamina (Persero) dan Mitsubishi Corporation sebagai pengelola Blok Senoro telah menunjuk Japan Gas Corporation (JGC) untuk membangun kilang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG). Namun, rencana pembangunan kilang yang sedianya rampung pada 2010 itu tersendat karena pihak Medco meminta deskalasi harga proyek mengingat harga bahan baku sedang turun.
Setelah melalui rangkaian proses beauty contest, konsorsium akhirnya menentukan JGC sebagai perusahaan yang akan melakukan Engineering, Procurement, Construction (EPC) kilang LNG Donggi Senoro. "Saya lupa perusahaan mana saja yang disingkirkan, tetapi yang pasti untuk kontraktornya proyek Donggi Senoro sudah firm diberikan kepada JGC," ujar Komisaris Utama Medco Energi Hilmi Panigoro, kemarin.
Namun, Hilmi mengaku proses pembangunan kilang tidak bisa segera dilakukan karena pihaknya masih mengajukan permintaan untuk mengurangi nilai proyek dari yang terakhir ditetapkan sebesar US$ 1,8 miliar kepada pihak kontraktor. "Dengan menurunnya harga komoditi in general, harga-harga bahan baku kan pasti turun. Sebut saja untuk harga besi, atau baja itu kan sedang turun. Jadi harusnya nilai pembangunan kilangnya turun juga dong, sekarang kita sedang minta review untuk harganya," tambah Hilmi.
Sayangnya, pihak Pertamina enggan berkomentar banyak soal hal tersebut. I'in Arifin Takhyan, Wakil Direktur Utama Pertamina yang rutin mengikuti negosiasi LNG Donggi Senoro mendadak bungkam seribu bahasa untuk membenarkan perkembangan tersebut. "Mending tanya saja ke manajemen DSL (PT Donggi Senoro LNG) yang sudah ditugasi untuk melakukan beauty contest," tandasnya singkat.
Namun, ketika hal tersebut dikonfirmasikan kepada Presiden Direktur PT DSL Surya Wazni, lagi-lagi bola panas dilemparkan kepada para pemilik saham. Surya hanya menandaskan bahwa kepemilikan Medco di perusahaan kongsi yang dipimpinnya sebesar 20%, Pertamina sebanyak 29% serta Mitsubishi memegang porsi terbesar yaitu sebanyak 51%.
"Kalau Pak Hilmi bilang begitu, tentu beliau punya dasarnya. Tapi saya kan bekerja tidak langsung ke Pak Hilmi. Jadi lebih baik tanyakan saja ke pemegang share, kalau yang teknis seperti itu jangan ke saya dulu karena saya hanya mengoperasikan perusahaan," kata Surya.
Ceritanya, kilang ini akan memiliki kapasitas produksi dua juta ton atau sekitar 30 sampai 35 kargo per tahun. Kilang LNG yang bakal berdiri di Senoro, Sulawesi Tengah ini akan mengolah hasil produksi gas dari Blok Senoro-Toili yang dimiliki bersama antara Medco Energi dengan Pertamina sebesar masing-masing 50%. Gas Blok Senoro-Toili akan digabung dengan gas hasil Blok Donggi di Sulawesi Tengah yang sepenuhnya dimiliki Pertamina. Kedua blok ini memiliki cadangan gas sekitar 2,3 triliun kaki kubik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News