Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan, komposisi sektor tersier yang terlalu banyak mengindikasikan dukungan BKPM ke investor asing. Sektor ini juga tidak memiliki daya serap tenaga kerja yang banyak berbeda dengan sektor primer seperti industri manufaktur yang padat karya.
“Padahal tujuan dari investasi langsung adalah menyerap tenaga kerja dan memiliki nilai tambah. Kalau sektor tersier yang paling banyak seperti jasa, artinya ini melayani siapa? Karena data sektor primernya tumbuh sedikit jauh banget dari sektor tersier. BKPM telah gagal,” kata Enny.
Baca Juga: Cegah transaksi di bawah HPM, pemerintah bentuk satgas awasi jual-beli bijih nikel
Sebagai gambaran, dominasi sektor jasa bisa tercermin dari realisasi transportasi, gudang, dan telekomunikasi pada semester I-2020 sebesar Rp 76,3 triliun atau setara 19% dari total realisasi. Barulah disusul oleh sektor listrik, gas, dan air Rp 48,5 triliun. Kemudian, barang logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp 45,2 triliun.
Selanjutnya sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 33 triliun. Lalu, industri makanan Rp 29,6 triliun. Sisanya berasal dari campuran berbagai sektor lainnya sejumlah Rp 170 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News