Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gonjang-ganjing perekonomian global menunjukkan tanda mereda. Ini menjadi peluang bagi perekonomian Indonesia di tahun 2023.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 di level 5,04% YoY.
Andry mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan tetap tangguh ditopang oleh sektor domestik. Dalam hal ini, Andry berharap pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menjadi motor penggerak perekonomian bisa tetap kuat pada tahun ini.
"Konsumsi rumah tangga akan ditopang oleh inflasi yang terkendali dan pencabutan PPKM sehingga meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat," ujar Andry kepada Kontan.co.id, Senin (6/2).
Baca Juga: Industri Pengolahan Jadi Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi pada Tahun 2022
Selain pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Andry juga menggantungkan harapan pada belanja pemerintah. Pada tahun 2022, belanja pemerintah memang mengalami kontraksi di tengah anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang menurun. Namun, pada tahun 2023 ia berharap konsumsi pemerintah akan kembali positif. Terlebih ada persiapan pemilihan umum pada awal tahun 2024.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi juga digadang menorehkan kinerja mumpuni pada tahun ini. Andry memperkirakan, sumber pertumbuhan PMTB akan bergeser dari investasi nonbangunan dan struktur menjadi investasi bangunan dan struktural.
Hal ini didukung oleh peningkatan anggaran infrastruktur pada anggaran infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sekitar 7% YoY. Kemudian, pemerintah juga fokus dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN), juga hilirisasi.
Baca Juga: BPS Catat Dua Lapangan Usaha Ini Tumbuh Tinggi Pasca Relaksasi PPKM
Lebih lanjut, Andry juga menegaskan bukan berarti sektor eksternal tak akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Menurutnya, ekspor masih akan tumbuh meski melemah.
"Kegiatan ekspor kami perkirakan akan melemah, seiring dengan perlambatan ekonomi global. Meskipun, ketidakpastian ekonomi global sudah menunjukkan tanda mereda," jelas Andry.
Selain itu, harga komoditas andalan ekspor Indonesia juga rentan mengalami penurunan di tengah prospek peningkatan pasokan dan penurunan permintaan di negara-negara barat. Kabar baiknya, pembukaan kembali ekonomi China dianggap mampu menopang permintaan. Terlebih, China merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News