kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sekjen PKB protes pernyataan politisi Golkar


Senin, 03 Februari 2014 / 19:37 WIB
Sekjen PKB protes pernyataan politisi Golkar
ILUSTRASI. Teh bunga sepatu bisa mencegah penuaan dini.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Imam Nahrawi mengingatkan kepada semua pihak untuk bersabar, menunggu menunggu keputusan final dari partainya terkait siapa yang akan diusung sebagai calon presiden.

Hingga kini, PKB sudah mensosialisasikan tiga calon presiden yang kemungkinan akan dicalonkan dalam pertarungan Pilpres 2014.

Ketiganya adalah Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, serta ulama yang dikenal raja dangdut Haji Rhoma Irama.

Imam Nahrawi menegaskan, partainya memiliki tradisi dalam menentukan siapa yang dianggap paling layak diajukan sebagai calon presiden. Imam kemudian memprotes keras pernyataan politisi Partai Golkar terkait rencana pencalonan Jusuf Kalla.

Sebelumnya, Wakil Sekjen Partai Golkar, Lalu Mara Satria Wangsa, mengingatkan PKB agar tidak mempermainkan Mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla (JK) dengan menggadang-gadang jadi Capres PKB meskipun belum pasti.

"Kalau memang sudah jadi pilihan tetapkanlah. Jangan dikatakan, selain Pak JK, PKB masih mencalonkan JK, Rhoma Irama dan Mahfud MD," kata Lalu Mara.

Menurut Lalu Mara ini sama saja mengadu-ngadu JK sebab sudah jelas JK di atas kedua orang Capres yang digadang-gadang itu. "Jadi kalau memang serius (ingin capreskan JK), tetapkanlah sekarang, jangan habis Pemilu Legislatif (Pileg)," kata dia.

Dijelaskan kalau demikian sikap PKB maka itu sama saja mau "meras" alias memanfaatkan popularitas JK untuk kepentingan Pileg PKB.

"Dan istilah memeras itu sangat emosional dan tidak baik untuk dibaca oleh siapapun, apalagi menyangkut rumah tangga orang lain. Kami menghormati apapun mekanisme di partai lain, dan PKB punya mekanisme cultural yang selama ini selalu menjadi pegangan dalam setiap mengambil kebijakan," tegas Imam Nahrawi.

"Yaitu, mempertimbangkan pendapat para Alim Ulama', habaib dan tokoh-tokoh masyarakat," Imam Nahrawi kembali menimpali pernyataan Lalu Mara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×