kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sekjen PDI-P Sebut Ada Kemiripan Antara Jokowi dan Soeharto


Rabu, 03 April 2024 / 05:36 WIB
Sekjen PDI-P Sebut Ada Kemiripan Antara Jokowi dan Soeharto
ILUSTRASI. Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memberikan keterangan terkait hasil Pemilu 2024 di Jakarta, Senin (25/3/2024). PDIP mengaku bersyukur setelah berhasil memenangkan pileg tiga periode berturut-turut di tengah serangan politik yang ditujukan kepada partai. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto berpandangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Kedua RI, Soeharto memiliki kesamaan dalam berupaya mempertahankan kekuasaannya.

Keduanya, kata Hasto, mempertahankan kekuasaan melalui pemilu.

Soeharto dan Jokowi dinilainya melakukan abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan, seperti memanfaatkan aparat negara.

Baca Juga: Sengketa Pilpres Berlanjut, PDIP Siap Gugat Keputusan KPU Soal Gibran ke PTUN

Hal tersebut disampaikan Hasto dalam kegiatan Bedah Buku “NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971” karya Ken Ward (1972) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

Ketika membaca buku ini, Hasto mengaku tak hanya melihat wajah Soeharto, tetapi juga Jokowi. "Saya mencoba menghilangkan Pak Jokowi, tetapi sulit. Maklum 23 tahun bersama Pak Jokowi.

Tetapi apakah karakternya (Jokowi dan Soeharto) sama? Nanti kita lihat," kata Hasto dalam diskusi itu.

Hasto mencontohkan bagaimana era kepemimpinan Presiden Soeharto memakai kekerasan pada Pemilu 1971 hanya demi mempertahankan kekuasaan.

Hal itulah yang akhirnya menjadi titik konsolidasi kekuatan otoriter sampai 27 tahun kemudian. Kekerasan saat rezim Soeharto yang dimaksud Hasto yakni kekerasan kepada jurnalis.

Baca Juga: PDI-P Mengaku Khilaf Dulu Mengusung Gibran Sebagai Wali Kota Solo

Hal yang sama, menurut Hasto, juga dinilai terjadi di era kepemimpinan Presiden Jokowi. Hasto juga menyampaikan, pada Pemilu 1971, Badan Pengawas Pemilu (kini KPU) ikut bermain.

Menurut dia, hal itu pun terlihat pada saat ini, kecuali DKPP yang masih menunjukkan kredibiltasnya. "Yang lain kita lihat bagian dari skenario abuse of power tersebut," kata dia.

Menurut Hasto, Soeharto punya waktu 18 bulan untuk mempersiapkan skenario mempertahankan kepemimpinan lewat operator politiknya, yakni Ali Murtopo, Amir Machmud, dan Sujono Mardani.

"Kalau Pak Jokowi berapa bulan? Saya belum bisa menjawab. Nah, kalau diukur pertama Pak LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) mengatakan bahwa di PDI Perjuangan sebenarnya banyak 70 persen, saya lupa angkanya, yang setuju perpanjangan jabatan pada 11 Maret 2022, itu artinya 19 bulan dipersiapkan. Kalau ditinjau Pak Anwar Usman menikah pada Juni itu 16 bulan," tutur Hasto.

Kemudian, kata Hasto, Soeharto membangun narasi pembangunan nasional, stabilitas politik, keamanan, akselerasi, dan modernisasi pembangunan 25 tahun ke depan dengan mimpi.

Para akademisi saat itu pun masuk dalam suatu kampanye akselerasi modernisasi. Namun, prosesnya minim kebebasan, demokrasi, dan hak untuk berserikat.

Baca Juga: Sekjen PDI-P: Untuk Jadi Pejabat Indonesia, Harus Kenal Jokowi Sejak di Solo

"Ini yang terjadi dan saya coba bandingkan kekuasaan Soeharto dan Jokowi sebenarnya ada kemiripan," ujar Hasto.

Sisi abuse of power era Soeharto lainnya, kata Hasto, yaitu menggunakan Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, ABRI, dan Operasi Khusus (OPSUS).

Sementara itu, pada era Jokowi, Hasto mengatakan bahwa abuse of power itu terlihat tidak hanya melalui TNI/Polri, tetapi juga di tingkat kementerian/lembaga.

Ia mencontohkan tentang polisi yang mengintimidasi rektor-rektor untuk membuat video dengan narasi positif terhadap pembangunan era Jokowi.

"Nah kalau sekarang, ada cooling system, ini cooling system yang dipakai untuk menetralisir, termasuk rektor Unika Soegijapranata, itu nyata-nyata keterlibatan langsung, sampai disiapkan videonya, bagaimana? Polisi yang masuk dalam urusan politik," kata politikus asal Yogyakarta ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hasto Sebut Ada Kemiripan Antara Jokowi dan Soeharto"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×