Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Yudho Winarto
Kendati demikian, ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Tony Prasetiantono menduga untuk harga minyak ke depannya bisa mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan AS akan terus berupaya menaikkan produksi shale oil.
"Presiden AS, Donald Trump juga menyuarakan agar harga minyak dunia jangan terlalu mahal. Ini berbeda dengan Arab Saudi yang ingin harga minyak naik ke level US$ 80-an per barel," ujar Tony.
Jika dilihat untuk rata-rata harga minyak dunia saat ini, dimulai dari awal tahun 2018 yaitu sebesar US$ 67,5 per barel, dihitung dari harga minyak terendah sebesar US$ 58,06 per barel dengan harga minyak tertinggi sebesar US$ 76,88 per barel.
Tony juga menambahkan, efeknya kepada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), subsidi untuk BBM di APBN 2018 akan mengalami kenaikan dari Rp 100 triliun menjadi Rp 150 triliun. Hal ini dinilai cukup mengganggu fiskal Indonesia.
Di sisi lain, Bhima ikut menambahkan, "Penerimaan migas dari pajak penghasilan (PPh) dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tentunya akan melebihi target yang ditargetkan oleh pemerintah sebelumnya. Tetapi, di sisi lain subsidi untuk energinya akan terus mengalami pelebaran".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News