Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) mengalami kenaikan sebesar US$ 5,53 per barel pada bulan September 2018 menjadi US$ 74,88 per barel, dari ICP bulan Agustus yang tercatat sebesar US$ 69,36 per barel.
Beberapa ekonom dan analis migas memperkirakan sampai akhir tahun 2018 minyak bumi akan terus mengalami peningkatan, seiring dengan adanya tekanan dari global.
Sedangkan untuk harga minyak dunia saat ini menginjak US$ 83,45 per barel (untuk jenis Brent) dan US$ 73,85 per barel (untuk jenis WTI), hal ini jauh di atas asumsi APBN 2018 yang sebesar US$ 48 per barel.
"Sampai akhir tahun tren harga minyak masih berpotensi meningkat hingga US$ 95 per barel (untuk jenis Brent). Hal ini disebabkan oleh faktor sanksi yang diberikan AS kepada Iran untuk mengurangi pasokan minyak dunia," ujar Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Senin (8/10).
Sedangkan, menurut Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan sampai akhir tahun nanti harga minyak akan berada di US$ 77 per barel (untuk jenis WTI).
Hal ini didorong oleh faktor kebutuhan minyak dan gas bumi yang tinggi, serta dikarenakan oleh faktor masalah geopolitik Iran dengan AS.
"Kalau pun pada bulan Desember akan ada kenaikan suku bunga, tetapi pada bulan tersebut bersamaan dengan musim dingin yang ekstrem, maka kebutuhan minyak dan gas akan mengalami peningkatan," ujar Ibrahim.
Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih juga memperkirakan harga minyak sampai akhir tahun nanti akan terus mengalami peningkatan.
Ia memproyeksikan untuk sampai akhir tahun 2018 kemungkinan harga minyak bisa mendekati US$ 90 per barel (untuk jenis Brent) dan US$ 85 per barel (untuk jenis WTI).
"Hal ini didorong oleh faktor kebijakan dari organization of the petroleum exporting countries (OPEC), stok minyak AS, serta adanya potensi dari geopolitik," ujar Lana.
Kendati demikian, ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Tony Prasetiantono menduga untuk harga minyak ke depannya bisa mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan AS akan terus berupaya menaikkan produksi shale oil.
"Presiden AS, Donald Trump juga menyuarakan agar harga minyak dunia jangan terlalu mahal. Ini berbeda dengan Arab Saudi yang ingin harga minyak naik ke level US$ 80-an per barel," ujar Tony.
Jika dilihat untuk rata-rata harga minyak dunia saat ini, dimulai dari awal tahun 2018 yaitu sebesar US$ 67,5 per barel, dihitung dari harga minyak terendah sebesar US$ 58,06 per barel dengan harga minyak tertinggi sebesar US$ 76,88 per barel.
Tony juga menambahkan, efeknya kepada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), subsidi untuk BBM di APBN 2018 akan mengalami kenaikan dari Rp 100 triliun menjadi Rp 150 triliun. Hal ini dinilai cukup mengganggu fiskal Indonesia.
Di sisi lain, Bhima ikut menambahkan, "Penerimaan migas dari pajak penghasilan (PPh) dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tentunya akan melebihi target yang ditargetkan oleh pemerintah sebelumnya. Tetapi, di sisi lain subsidi untuk energinya akan terus mengalami pelebaran".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News