Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Untuk itu, Dr Edi menambahkan, dia sudah menulis surat ke Dinas Kesehatan kabupaten dan provinsi untuk meminta pakaian pelindung.
Rumahsakit rujukan juga punya masalah yang sama. Ketika harus bersiap untuk menghadapi potensi wabah virus corona, mereka juga membutuhkan lebih banyak peralatan, mulai masker hingga kaca mata.
RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, yang memiliki pengalaman menangani penyakit menular, terpilih jadi rumahsakit rujukan untuk flu burung, Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS), Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) sejak 2007.
Direktur RSUD Gunung Jati Dr Ismail Jamalludin bilang, rumahsakit kehabisan kacamata dan hanya memiliki enam tempat tidur di ruang isolasi.
Baca Juga: Jadi episentrum baru penyebaran corona, Indonesia tutup penerbangan dari Italia
Segendang sepenarian, Dr Didi Candradikusuma, Kepala Penyakit Tropis dan Infeksi di RSUD Dr Saiful Anwar, Kota Malang, Jawa Timur, mengatakan, mereka memiliki pakaian pelindung terbatas.
"Untuk peralatan umum, seperti sarung tangan dan masker, yang kami gunakan secara rutin, persediaan kami harus mencukupi untuk empat bulan ke depan," kata Dr Didi kepada Channel News Asia.
Baik Dr Ismail maupun Dr Didi menyebutkan, kekurangan peralatan sedang Kementerian Kesehatan tangani, yang akan mengirimkan barang-barang yang rumahsakit rujukan perlukan.
Sementara beberapa rumahsakit yang terletak di daerah yang lebih berkembang berada dalam kondisi yang lebih baik. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Kota Denpasar, Bali, misalnya.
Baca Juga: Pakar Singapura: Covid-19 bakal menyerang hingga akhir 2020