kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sebanyak 25,22 Juta Masyarakat Indonesia Masih Miskin, Terbanyak di Pulau Jawa


Selasa, 02 Juli 2024 / 07:59 WIB
Sebanyak 25,22 Juta Masyarakat Indonesia Masih Miskin, Terbanyak di Pulau Jawa
ILUSTRASI. Seorang anak menangis di sebuah ayunan di perkampungan nelayan, Cilincing, Kalibaru, Jakarta, Senin (17/07). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang setara 9,03% total penduduk.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang setara 9,03% total penduduk.

Berdasarkan data BPS, tingkat kemiskinan 9,03% adalah yang terendah dalam satu dekade ini, namun penurunan tingkat kemiskinan itu lebih banyak disokong bantuan sosial pemerintah.

Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi mengatakan, jumlah penduduk miskin Indonesia berkurang sekitar 3,06 juta atau turun 2,22% poin dalam 10 tahun terakhir. "Secara rata-rata, jumlah penduduk miskin berkurang 300.000 orang per tahun," ujar Imam, Senin (1/7).

Baca Juga: Bapanas Pastikan Bantuan Pangan Nasional Berlanjut di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Imam menguraikan bahwa penurunan kemiskinan terjadi di pedesaan dan perkotaan dengan laju penurunan di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan. 

BPS mencatat periode Maret 2023-Maret 2024, jumlah penduduk miskin perkotaan turun 0,1 juta orang, sedangkan di pedesaan turun 0,58 juta orang. Kemudian, persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,29% menjadi 7,09%.

Sementara di pedesaan turun dari 12,22% menjadi 11,79%. Berdasarkan jumlah penduduk miskin menurut pulau, angka penduduk miskin terbesar berada di Maluku dan Papua yaitu 19,39%. Sementara persentase penduduk miskin terendah berada di Kalimantan, yaitu 5,44%.

Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Jawa (13,24 juta orang), sedang jumlah penduduk miskin terendah di Kalimantan (0,94 juta orang).

Imam menyebutkan, beberapa kondisi ekonomi makro yang cenderung positif membuat angka kemiskinan Maret 2024 menurun.

Baca Juga: Airlangga :Regsosek Penting Ciptakan Basis Data Soal Kondisi Sosial & Ekonomi Rakyat

Pertama, ditopang aktivitas ekonomi domestik, di mana ekonomi nasional tumbuh 5,11% pada kuartal I-2024.

Kedua, nilai tukar petani (NTP) Maret 2024 di level 119,39, naik 7,70% dibandingkan Maret 2023.

Ketiga, pada Februari tahun ini, rata-rata upah buruh lapangan usaha pertanian, kehutanan, perikanan naik 8,42% secara tahunan (yoy) atau masih di atas rata-rata nasional yang 3,27%. T

Keempat, penurunan penduduk miskin lantaran ada program bantuan sosial (bansos) pada Januari-Maret 2024, seperti bantuan pangan beras, BLT mitigasi risiko pangan, hingga bantuan pangan nontunai (BPNT).

Efek Bansos

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, penurunan jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 tidak terlepas dari guyuran bansos terkait penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) yang membuat konsumsi masyarakat miskin penerimaan bansos naik. 

"Akibatnya secara konsumsi, pengeluaran mereka di atas garis kemiskinan," ungkap dia, Senin (1/7).

Huda menjelaskan, Presiden Joko Widodo telah menggelontorkan bansos sejak November 2023 hingga Februari 2024, mulai dari bansos program keluarga harapan (PKH) hingga bansos beras.

Baca Juga: 4 Menteri Jokowi Kompak Tegaskan Penyaluran Bansos Tak Terkait Pemilu 2024

"Andaikan tidak ada bansos, angka kemiskinan akan meningkat mengingat harga kebutuhan pokok terutama beras melambung tinggi," ucap dia.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal menambahkan. penurunan angka kemiskinan bukan berarti daya beli kalangan bawah bagus, tapi terbantu dengan adanya bansos.

Terkait income kalangan bawah dari pekerjaan, kata Faisal, penambahan relatif tak menguntungkan.

"Kita bisa lihat dari upah riil pekerja yang tipis kenaikannya, bahkan beberapa sektor mengalami kontraksi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×