Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Menjelang pemilihan umum legislatif dan eksekutif beberapa bulan ke depan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai aktif berkicau di dunia maya maupun di berbagai kesempatan tentang capres penggantinya. Ia juga tidak sungkan-sungkan menyindir mereka yang dinilainya suka menebar fitnah.
Melalui akun twitternya, SBY menjawab salah seorang followernya tentang kualitas capres yang akan datang. Ia menyakini bahwa pemimpin bangsa ke depan adalah pemimpin yang berkualitas dan tidak akan memfitnah para persaingnya.
“Saya yakin calon pemimpin bangsa kita tidak akan memfitnah/lakukan kampanye hitam pada pesaingnya,” kata Presiden SBY melalui akun twitter pribadinya @SBYudhoyono yang diunggahnya Sabtu (25/1) malam.
SBY memang gemar menggunakan istilah kata "fitnah" belakangan ini, lantaran ia menilai, dirinya dan keluarganya kerap menjadi korban fitnah. Itu juga yang menjadi alasan baginya menujuk pengacara keluarga untuk menjauhi dirinya dan keluarga dari fitnah yang selama ini cukup meresahkan.
Saat berpidato pada puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara di Wisma ANTARA, akhir tahun lalu, SBY mengatakan, ia rela dikritik apa pun terkait kebijakan yang diambil pemerintah. Namun satu hal, SBY mengingatkan, agar jangan memfitnah karena dia tidak bisa menerimanya.
"Kritik, kecaman, hujatan, cemooh itu hak setiap orang. Saya menyadari sebagai pemimpin dibenci dan dipuji. Kalau ada apa-apa SBY yang salah, saya harus menerima. Hanya satu yang saya sulit menerima fitnah," katanya ketika itu.
Oleh karena itu, Presiden SBY mengajak seluruh komponen masyarakat untuk menjauhkan negeri ini dari fitnah. Presiden menilai wajar dan ikhlas menerima penolakan, kecaman, dan kritikan atas keputusan yang diambilnya.
"Selama itu ada barangnya, ada keputusan, ada regulasi pemerintah, ada ucapan saya diserang...nggak apa-apa karena barangnya ada. Tapi kalau saya tidak bicara apa-apa, saya tidak berbuat apa-apa tiba-tiba diisukan SBY melaksanakan A dan A itu diserang berhari-hari, berminggu-minggu, ini yang tidak mendidik...karena tidak ada faktanya," kata Presiden memberi contoh.
Namun Presiden mengingatkan, siapapun yang jadi pemimpin, tidak mungkin bisa memuaskan semua pihak. “Dalam perjuangkan kepentingan rakyat, pemimpin tidak bisa senangkan semua pihak, akan ada saja pihak yang benci,” tulis SBY dalam akun twitter pribadinya @SBYudhoyono itu.
Satu hal yang pasti, kata Kepala Negara, siapa pun yang akan jadi pemimpin bangsa kelak, rakyat membutuhkan figur yang kompeten dan ksatria. “Kita harap pemimpin bangsa kita mendatang adalah orang yang bisa berkompetisi dengan baik dan ksatria,” kata Ketua Umum Partai Demokrat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News